Close
Tiongkok Kecil di Lasem Rembang (2)
Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira

Tiongkok Kecil di Lasem Rembang (2)

Cerita di Lasem lebih dari sekadar batik tiga warna.

Mau nglanjutin cerita tentang jalan-jalan di Lasem, Kabupaten Rembang Jawa Tengah, yang sempat saya unggah pada tulisan sebelumnya. Cerita terdahulu menceritakan kuliner Lontong Tuyuhan, proses produksi batik di Pusaka Beruang, dan menjenguk 7 bidadari di rumah batik Nyah Kiok.

“Pindah Omah Luwih Gampang,
Timbang Mindah Kenangan.”

Saya berhenti di hadapan dinding yang bertuliskan memindah kenangan itu lebih sulit daripada pindahan rumah. Hahaha. Ya tapi emang benar sih. Saya sepakat dengan kutipan di atas. Lasem memang penuh kenangan dan menyimpan banyak kisah sejarah.

Mas Fauzan mengajak rombongan jalan kaki menyusuri gang yang kanan kirinya bangunan lawas bergaya Cina sederhana. Tau-tau kami tiba di depan Rumai Oei, museum keluarga yang juga ada kedai kopinya. Rumah ini katanya rumah milik keluarga Oei yang telah berusia lebih dari 200 tahun.

Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira

Namanya juga museum keluarga, selain bisa ngopi santai di sana, kamu pun bisa melihat koleksi dan membaca sejarah singkat yang dipajang pada dinding bangunan. Rumah Oei ini masih mempertahankan interior autentik khas rumah heritage peranakan.

Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Rumah Oei di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira

Kami sempat menyeduh kopi lelet khas Lasem lho. Ya sebenarnya kopi lelet ini nggak ada bedanya sih dengan kopi dari daerah lain. Kopi tubruk biasa namun ada kisah menarik di balik kopi lelet ini.

Lelet artinya malas. Jaman dulu, budaya ngopi bikin malas buat ngapa-ngapain alias mager. Soalnya setelah nyeruput kopi, ampasnya tuh nggak langsung dibuang. Ada yang tau buat apa?

Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Kopi Lelet. Dokumentasi pribadi Rizky Almira

Iya, ampasnya buat mbatik dong di permukaan rokoknya. Setelah kelar mbatik, terus sebat. Benar-benar slow living banget. Ya maklum sih kalau dinamakan kopi lelet. Saya yakin, dulu yang gemar minum kopi lelet bisa seharian betah mainan ampas kopi dan lupa waktu buat kerja.

Destinasi berikutnya adalah Klenteng Cu An Kiong. Ini sih klenteng tertua di Lasem. Nggak ada catatan pasti kapan klenteng ini dibangun. Ada yang bilang abad ke-15, ada yang bilang juga abad ke-16. Saya beruntung banget saat itu karena Pak Gandor, pengurus klenteng, mau meluangkan waktunya untuk mendampingi kami ketika keliling klenteng.

Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Pak Gandor dan lukisan dinding di klenteng Cu An Kiong. Dokumentasi pribadi Rizky Almira

“Klenteng adalah tempat untuk semua orang yang beragama.”

Gandor Sugiharto

Saya salut dengan sikap Pak Gandor yang begitu terbuka dan memperbolehkan semua umat datang ke klenteng. Fyi, dewa utama di Cu An Kiong ini adalah Dewi Samudra – Ma Zu atau Thian Siang Sing Bo – sering disebut Mak Co.

Hasil dari ngumpulin informasi dari sana sini, ada banyak penamaan untuk dewa ini seperti Ibu Ratu Nirwana, Tian Hou, Ma Zu Po. Siapa sih dia? Bagi masyarakat Cina di Indonesia, ia adalah Dewi Laut yang dipuja oleh para pelaut dan perantau yang mengarungi lautan untuk mendapatkan cuaca bersahabat dan keselamatan.

Saking dewinya dipuja banget kayak kerang ajaib, sehingga pengunjung tabu untuk mengabadikan figur Ma Zu menggunakan kamera. ”Jangan difoto, nanti khawatir terjadi apa-apa dengan kita,” ujar Pak Gandor.

Jangankan patung Dewi Ma Zu, altar pun nggak boleh sembarangan dipotret lho. Alangkah baiknya sih nurut dengan apa yang dibilang bapaknya.

Bagian menarik dari klenteng ini adalah banyaknya lukisan di dinding yang menyimpan kisah legenda, mitos yang berkembang dalam kebudayaan Cina. Sayangnya, Pak Gandor nggak menceritakan kisah yang terkandung dalam karya pada dinding klenteng. Saya yakin banget kalau karya seni pada dinding klenteng itu menyimpan nilai moral yang banyak.

Tak jauh dari Klenteng Cu An Kiong ada bangunan bekas rumah candu. Dulu bisnis candu sempat jaya banget di Lasem. Rumah candu ini tak berpenghuni dan suasananya penuh mistis alias horor. Ada beberapa koleksi di rumah ini berupa alat-alat yang digunakan untuk menghisap candu, beberapa kamar, dan yang paling menarik adalah lubang di dalam rumah yang tembus dengan sungai.

Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Area rumah candu. Dokumentasi pribadi Rizky Almira

Iya, di bawah rumah ada akses ke sungai. Lubang inilah yang digunakan untuk keluar masuk menyelundupkan candu. Katanya sih candu ini berbeda dengan shabu ya. Entah bentuknya seperti apa, tapi yang jelas cara menikmatinya dengan menghisap terus ngefly gitu, katanya sih gitu.

Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Rumah candu. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Koleksi rumah candu. Dokumentasi pribadi Rizky Almira

Sebelum ke toko oleh-oleh, kami makan siang di warung yang jual sate serepeh. Ini adalah kuliner khas Rembang. Sate serepeh ini sate daging ayam dengan bumbu yang beda dari biasanya. Warnanya cenderung oranye, mirip dengan keju mozarela. Rasanya dominan manis.

Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Sate serepeh. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Menu pendamping sate serepeh. Dokumentasi pribadi Rizky Almira

Menu pendampingnya ada nasi tahu yang disajikan di atas daun jati dan tekstur tahunya lembut banget. Nasi tahu ini disiram dengan bumbu kecap. Rasanya tentu saja manis. Hadu, manis ditambah manis. Eh tapi nggak apa-apa sih, senang aja punya kesempatan buat incipin kuliner khas daerah lain.

Bonusnya, Mas Fauzan mengajak kami mampir ke Museum Kartini yang ada di Rembang. Bagi saya, Raden Ajeng Kartini itu salah satu sosok panutan di Indonesia yang luar biasa. Setelah berkeliling museum, saya menemukan beberapa fakta unik tentang kisah hidup beliau.

RA Kartini menolak untuk berdiri di sebelah kiri sang suami, karena dia tidak mau disamakan dengan perempuan Jawa lain yang selalu berdiri di sebelah kiri.

Tiongkok Kecil di Lasem Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira
Museum Kartini di Rembang. Dokumentasi pribadi Rizky Almira

Dia ingin menunjukkan bahwa kaum perempuan itu kedudukannya setara dengan kaum laki-laki. Perempuan modern di masanya dengan pemikirannya anti mainstream, itulah RA Kartini.

Perjalanan ke Lasem kala itu sangat berkesan karena jarang banget lho saya ikut open trip seperti itu. Tips buat main ke Lasem, mending rada ramean gitu ya paling enggak minimal berdua biar bisa share cost.

Satu lagi yang nggak boleh dilupakan, usahakan pakai guide dari warga lokal karena saat terakhir kali kesana tuh warga Lasem nampaknya tak terlalu terbuka dengan pendatang atau wisatawan. Seenggaknya kalau ada warga lokal tuh bisa menjelaskan kisah legenda, mitos, hingga fakta di tiap sudut Lasem gitu lho.

Bila kamu suka mempelajari budaya dan sejarah, Lasem adalah tempat yang tepat buat kamu kunjungi. ????

2 thoughts on “Tiongkok Kecil di Lasem Rembang (2)

  1. Maaf.. Koreksi..
    Kopi lelet bukan kopi males.
    Kopi lelet adalah kopi yang bertekstur lembut yang ampasnya (sisa seduhan) di leletkan (dioleskan) ke batang rokok.
    Karena kata “lelet” dalam Kopi lelet adalah bahasa jawa yang berarti oles.
    Bukan lelet dalam bahasa Indonesia yang artinya males.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *