Mau cerita, mumpung masih ingat akan rasanya.
Saya dan Rara mengisi perut sehabis magrib di sebuah warung tenda yang lokasinya ada di Jalan Mawar, persis di seberang pintu masuk dan keluar Pasar Legi Kota Blitar. Sekitar jam 5an sore gitu, banyak sekali warung tenda yang didirikan di tepi jalan, sepanjang Jalan Mawar. Banyak sekali macam penganan yang dijual, mulai dari penyetan, sate ayam dan kambing, nasi goreng dan kawan-kawannya. Nah, salah satunya adalah warung tenda Pak Jono.
Pak Jono menyediakan menu apa aja sih? Di warung tersebut ada sate, brengkes ayam, sop ayam. Menu brengkes mereka lah yang bikin saya penasaran dan ingin mampir makan di sana. Saya pun rela menunggu hingga warung buka sekitar pukul 18.00 WIB kurang. Untuk menu beserta harganya bisa kamu cek di bawah ini ya.
Istimewanya warung tenda Pak Jono ini antara lain menggunakan ayam kampung asli untuk semua menunya, baik sate, brengkes, dan sop. Menurut saya sih harganya masih terjangkau kok. Nggak mahal-mahal amat. Sate ayam kampung dengan harga 20ribu IDR per porsi, brengkesnya 13ribu IDR per porsi, sopnya 8ribu IDR per porsi, nasi putihnya 3ribu IDR per porsi.
Saya memesan brengkes ayam, nasi sop ayam, dan segelas es teh. Pelayanannya lumayan cepat, nggak perlu menunggu lama. Tapi begitu warung buka, pelanggannya terus berdatangan. Kalau ingin makan di sana, siap-siap antri atau waiting list deh pas mampir saat jam makan malam. Beruntungnya saya mampir pas baru buka jadi masih rada sepi.
Seporsi brengkes adalah menu pertama yang diantar ke meja saya. Setelah kepo di mesin pencarian, saya belum menemukan makanan ini khas daerah mana. Apakah asli dari Blitar atau dari luar daerah, saya belum menemukan data yang mendukung. Ada yang menyebutkan bahwa brengkes ini adalah pepes. Namun setelah saya unboxing bungkusan daun pisang yang ada di hadapan saya, bumbunya agak lain dengan pepes.
Seumur hidup, saya taunya bumbu pepes itu tidak berkuah. Nah, kalau brengkes ini berkuah gitu. Bumbunya berwarna kuning agak kemerah-merahan. Gimana rasanya? Gurih, pedas, dan ada rasa manisnya. Sekilas mirip dengan bumbu lodho tapi menurut lidah saya sih bumbu brengkes lebih manis dikit.
Saya memesan brengkes ayam bagian sayap dan rempelo. Apakah bisa memilih bagian ayam? Bisa dong. Ada beberapa pilihannya antara lain sayap-rempelo, paha, dada, kalau enggak salah dengar sih adanya itu saja. Untuk brengkes sayap-rempelo ayam, ada tiga potongan yaitu bagian leher, atas pantat, rempelo, dan sayap.
Bumbunya meresap sampai ke tulang ayam. Dagingnya juga lembut, nggak alot. Kurang puas makan dengan sendok, jemari saya pun langsung mencengkeram ayam dan menggerogoti daging, kemudian menyesap tulang belulangnya. Pantas saja ya, teman Ibu suka makan di sini. Iya, saya tau warung ini dari rekomendasi rekan kerja Ibu.
Adik saya, si Rara, khusyuk menyantap sop ayam. Dia bilang lebih suka dengan sop ayamnya yang menurutnya mirip soto tapi lebih menyegarkan. Saya mencicipi sedikit kuahnya dan sependapat. Isinya ada nasi, bihun, sayur kubis, suwiran daging ayam, seledri, dan bawang goreng.
Nggak ada 10 menit, brengkes ayam di hadapan saya pun tandas. Namun kuahnya masih melimpah ruah. Duh, perut saya nggak begitu kuat dengan rasa pedas sekarang. Jadi saya nggak ingin memaksakan untuk menghabiskan kuahnya meskipun itu rasanya enak. Makan berdua di sana menghabiskan uang 24ribu IDR. Harganya masih terjangkau kan?
Ohya, untuk nasi kebetulan saya bawa sendiri karena sedang mengurangi konsumsi nasi putih. Sengaja bawa bekal nasi merah. Wqwq. Jadi seumpama saya pesan nasi juga, totalnya menjadi 24ribu IDR + 3ribu IDR yaitu 27ribu IDR. Kembaliannya bisa untuk bayar parkir. Ehe.
“Bukanya sampai jam berapa, Buk?” tanya saya usai membayar pesanan.
“Ya sehabisnya, Mbak. Nggak tentu.”
Alangkah baiknya sih nggak larut malam ya pas punya niat untuk makan di sana. Khawatirnya menu yang diincar telah habis duluan sebelum dipesan. Ibunya juga memberi tahu bahwa warung tenda Pak Jono ini tutup seminggu sekali, harinya nggak tentu. Tergantung mood si penjual. Waduh… 😀
Brengkes ayam e kok lebih mirip sama garang asem ya?
yasss! sekilas mirip, tapi rasanya bedo. Cobain deh pankapan