Close
Suka Duka Jadi KPPS Pemilu 2019
Pemilu Tahun 2019. Dokumen pribadi Rizky Almira

Suka Duka Jadi KPPS Pemilu 2019

Pengalaman yang nggak akan terlupakan sih ~

Gimana nggak berkesan? Pemilu 2019 adalah pengalaman pertama saya ikut perpartisipasi sebagai pejuang demokrasi, menyelenggarakan pemungutan suara di tempat tinggal saya –alias jadi anggota KPPS gitu lho. Sebelumnya, saya hanya rakyat biasa (ceilah) dan cuek bebek akan pemilu. Kini, kondisinya telah berbeda, saya dilamar (sombongnya.. hahahaha) untuk jadi anggota KPPS di lingkungan saya. Mau nggak mau, harus mau dan nglakoni. Itung-itung membantu lancarnya pesta demokrasi yang digelar 5 tahun sekali ini.

Di mana-mana yang namanya sebuah pengalaman pasti banyak suka dukanya. Saya ingin menceritakan secara singkat nih suka duka selama jadi anggota KPPS Pemilu 2019 ini. Enaknya sukanya dulu atau dukanya dulu nih? Dukanya dulu aja kali ya, biar happy ending. LOL 😀

Siap Siaga (Hampir) 24 Jam

Kamu pikir Mekdi doang yang bisa 24 jam? KPPS juga lho. Para anggota dituntut untuk siap siaga selama hampir 24 jam penuh. Saya harus siap bila ada notifikasi dari grup WA tentang instruksi untuk ngumpul tiba-tiba. Ketua KPPS butuh koordinasi dengan timnya terkait persiapan pemungutan suara. Selain itu, ada beberapa kali pertemuan di Balai Desa atau Kelurahan setempat untuk acara pelantikan, bimbingan teknis (briefing) dari PPS Desa/Kelurahan dan PPK.

Duh, rencana untuk cangkruk Malam Minggu harus rela ditunda. Tapi ya gimana lagi, sudah jadi resiko sebagai anggota KPPS bila waktu luangnya terpotong. Ehe. Untung tiap KPPS masih dalam satu lingkungan jadi nggak memerlukan waktu yang lama. Lhawong tetangga sendiri. :-p

Jemarinya Pegal Linu
Pengisian formulir C6. Dokumen pribadi penulis
Pengisian formulir C6. Dokumen pribadi penulis

Wah, ini… Sebelum pemilu pun tangan saya sudah merasakannya. TPS saya beranggotakan 3 perempuan dan 4 laki-laki. Anggota perempuan kebagian nulisin undangan atau formulir C6 sesuai dengan jumlah DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang totalnya 218 pemilih. Pas banget, kala itu salah satu anggota yang perempuan tidak bisa hadir. Jadi sisanya (2 perempuan) ngebut mengisi formulir C6 yang harus segera diedarkan.

Saya kebagian sekitar 115 DPT, itu pun belum ditambah formulir tambahan untuk membantu kolega, karena Ketua KPPS perlu tanda tangan satu persatu pada formulir. Jempol saya sampai pegal linu, akhirnya sebelum tidur saya rendam kedua tangan dengan air hangat yang telah ditaburi garam. Nggak hanya itu, saat hari H Pemilu 2019 juga masih harus menulis tangan untuk mengisi data (nama kabupaten, nama kecamatan, nama desa, nomor TPS, nama ketua KPPS) pada sampul surat suara.

Belum lagi setelah perhitungan suara kelar, masih ada setumpuk berita acara, yakni formulir C1, dan lain-lain yang harus di isi. Di beberapa tempat lain, KPPS mengakali supaya pekerjaan lebih praktis dengan cara bikin stempel nama kabupaten, kecamatan, sampai nama ketua TPS untuk surat suara, tanda tangan tetap manual. Sayangnya KPPS saya nggak berpikir sampai sana. Jadi full menulis tangan dari awal sampai akhir.

Butuh Ketelitian yang Tinggi

Yaps! Jadi anggota KPPS butuh ketelitian dan kecermatan yang tinggi. Nggak boleh lengah, meskipun semua sedang dilanda lelah. Mulai dari proses awal pemungutan suara sampai penyetoran suara ke PPS Desa/Kelurahan. Saya sebagai KPPS 2 pun benar-benar harus teliti saat pengisian formulir C6, mulai dari nama pemilik, NIK (yang panjang itu), hingga waktu pelaksanaan pemilu. Begitu juga dengan pengisian berita acara dan C1, wah bagian ini krusial sekali.

Begitu pun dengan KPPS 3, 4, 5, 6, dan 7. KPPS 1 adalah ketua sebagai koordinator dan tanda tangannya sangat laku wqwq. KPPS 2 sebagai wakil dan ada juga KPPS 3 yang keduanya membantu si ketua selama pemungutan suara, mulai dari perhitungan suara sampai penulisan berita acara. KPPS 4 dan 5 di bagian depan sebagai verifikator C6 dan pengisian daftar hadir.

Sedangkan KPPS 6 dan 7, tugasnya menjaga kotak suara dan pencelupan tinta. Kedua anggota KPPS ini juga merangkap membantu pemilih yang kesulitan melipat kertas dan mengawasi saat pemilih memasukkan surat suara ke kotaknya. Oh iya, hampir ketinggalan belum menyebut 2 orang sebagai Linmas (perlindungan masyarakat) untuk tiap TPS. Mereka membantu tim terkait ketertiban dan keamaan.

 

Kerja Lembur Bagai Kuda
Super hectic sampai subuh. Dokumen pribadi penulis
Super hectic sampai subuh. Dokumen pribadi penulis

Pemilu kali ini benar-benar berbeda. 5 pemilihan dilangsungkan dalam 1 hari, mulai dari pemilihan CPWP (Calon Presiden dan Wakil Presiden), DPR RI, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kab/Kota. Jadi tiap pemilih sebelum masuk ke bilik suara akan menerima 5 surat suara. Ribetnya sih pas perhitungan suara, khusus CPWP dan DPD sih lumayan cepat selesai. Tapi untuk DPR dan DPRD, beuh…kepala ikut cenat-cenutKenapa? Selain banyak banget kandidat caleg tiap partai, lipat surat suaranya juga rada ribet. Hehehehe.

Hal itu juga sama saja saat pengisian formulir C1, duh ya pantes kalau perhitungan suara di TPS rata-rata kelar malam hari bahkan ada yang hingga keesokan harinya. Di TPS saya, perhitungan kelar sekitar tengah malam. Setelah semua formulir terisi lengkap, semua anggota KPPS pun berberes dan selanjutnya mengawal kotak suara yang berisi berkas dan dokumen ke balai desa/kelurahan.

Hei, belum tamat ya ini. Kami harus antri untuk proses check list untuk keseluruhan oleh anggota PPS desa/kelurahan. Apa saja sih prosesnya? Mulai dari pengecekan total suara, input data jumlah suara keseluruhan. Jika ada jumlah suara yang kurang sesuai, kami harus mengeluarkan dan membeber gulungan poster C1 Pleno untuk mengecek ulang. Bahkan ada KPPS lain yang harus menghitung ulang. Begitu beres, suara tersebut siap dikawal ke kecamatan.

Saya nggak pernah membayangkan kala itu bahwa akan bekerja selama 24 jam. Bayangkan saja, berangkat ke TPS jam 6 kurang, lalu pulangnya baru keesokan harinya pukul 5an pagi. Saya sih fine-fine saja, cuma ketika jam memasuki dini hari kepala saya mulai cenat-cenut dan mata saya lengket sekali. Tapi begitu tiba di rumah, kelar mandi dan makan, mata saya malah nggak mau diajak merem lama. Sialan. Untung kantor saya memaklumi ketika izin bolos. Saya kira hanya TPS saya yang prosesnya lama, ternyata TPS-TPS lain pun. Maka saya maklum bila banyak petugas KPPS dan petugas keamaanan (polisi) yang tumbang meninggal dan sakit karena kelelahan. Turut berduka cita yang mendalam untuk mereka, semoga mereka diterima di sisi-Nya. Amin.

Emosi Rawan Terpancing

Nah, ini nih. Durasi kerja yang cukup panjang mempengaruhi kualitas kinerja selama kegiatan pemungutan suara. Bahkan saya berulang kali melakukan kesalahan saat menulis berita acara, ada aja angka selisih, akhirnya harus memperbaiki beberapa kali. Beruntung teman-teman se-tim bisa memaklumi. Lebih menegangkan lagi saat perhitungan suara, khususnya DPRD. Ada belasan partai dan masing-masing punya caleg yang cukup banyak.

TPS saya mengulang perhitungan DPRD Provinsi, gara-gara angka yang ditulis pada C1 ada yang kurang sinkron dan menyebabkan selisih angka antara total yang tercantum di C1 Pleno dan total surat suara. Eh, lha kok surat suara yang sudah dipilah sesuai partai dan nama caleg keburu ditumpuk jadi satu dan campur. Akhirnya ada satu dua teman se-tim yang sempat emosi dan kami pun sepakat untuk hitung ulang. Ya, gimana ya namanya juga kami sama-sama lelah dan mengantuk tapi masih harus menyelesaikan ini semua.

 

Yah, begitulah kira-kira dukanya. Kini giliran saya bahas bagian sukanya ya. 🙂

Honornya Lumayan

Bagi saya ini adalah hal yang paling ditunggu sih. (Yek.. mata duitan). Ya biarin to. Ehe. Capek jadi hilang setelah terima amplop putih berisi beberapa lembar seratus ribu rupiah. Berapa sih honornya? Ya lumayan lah buat beli voucher paket data internet Mifi 5-6 kali. Hahahaha. Adek sepupu saya yang kebagian tugas jadi anggota KPPS pun cengar cengir sejak awal. Kayaknya dia sudah terbayang mau beli ini itu sejak dibisikin jumlah honor yang akan diterima.

Honor tersebut sepadan sih dengan tenaga yang terkuras dan besarnya tanggung jawab yang diemban. Anggota KPPS juga harus meluangkan waktu khusus dan penuh selama pemilu berlangsung.

Bisa Guyon Receh Bareng

Selama pemungutan suara berlangsung ada saja guyon receh yang dilontarkan teman-teman se-Tim. Saya cukup terhibur dan itu bisa mengurangi kadar stres selama kegiatan. Ada saja hal-hal yang dibahas, secara nggak langsung saya jadi bisa kenal lebih akrab dengan teman-teman se-tim lewat bercanda.

Saya banyak belajar dari mereka, banyak sekali. Mulai dari bagaimana bekerja dalam tim, memperlakukan rekan se-tim, menghadapi kenyataan, dan yang paling berkesan adalah saya belajar untuk berani mengakui kesalahan serta menertawakan kebodohan sendiri.

Jadi Tahu Wajah-Wajah Tetangga

Siapa nih yang bertemu tetangga di lingkungan sekitar hanya pada saat momen tertentu? (mengacungkan tangan paling tinggi). Saya tuh kalau di rumah jarang banget main ke tetangga, beneran. Seringnya main ke tetangga desa atau ke kota sih. Ehe. Momen pemilu ini memberi kesempatan saya untuk bertemu dan mencuri tatap pada wajah-wajah tetangga saya.

Saking kelamaan merantau (kuliah di Surabaya 4 tahunan, kerja di Yogyakarta sekitar 3,5 tahunan) jadi saya rada pangling dengan wajah-wajah tetangga saya, sering banget seliweran di pikiran oh ini dek ini, sekarang berubah jadi gitu. Si ibu dan bapak ini, sekarang nampak sepuh ya. Mengamati wajah-wajah tetangga di sela menulis tangan pada surat suara adalah selingan yang cukup menghibur. Kapan lagi khan bisa bertemu tetangga yang hampir komplit selain Lebaran?

 

Wah, cerita saya nggak jadi singkat ya? Hahaha. Ya begitu lah suka duka saya selama jadi anggota KPPS pemilu tahun ini. Tentu banyak banget pembelajaran yang saya dapat. Bersyukur sekali, Tuhan masih memberi kesempatan untuk saya menghirup udara dan menulis cerita ini. Sekali lagi, turut berduka cita sedalam-dalamnya untuk petugas KPPS yang meninggal. Informasi terakhir ada puluhan yang sampai sakit juga, semoga mereka segera diberi kesembuhan dan bisa beraktivitas seperti semula.

Gimana dengan kamu? Punya pengalaman jadi anggota KPPS juga? Atau punya kesan dan pesan untuk Pemilu 2019 ini? 🙂

2 thoughts on “Suka Duka Jadi KPPS Pemilu 2019

  1. Sama kak… Aku juga jadi kpps th itu dan beneran pulang subuh. Bener bener definisi lagu pergi pagi pulang pagi(wkwk) mengesankan dan menambah pengalaman. Sayang th ini gak bisa bantu bantu lagi jadi kpps walaupun sudah diminta, karena kondisi yg gak memungkinkan. Semoga pemilu th ini semua berjalan lancar. Semangat teman teman KPPS 🙏💪🤗

    1. Sama, aku jg tahun ini gak ikut jadi KPPS. Biar gantian sama yang lain dan semoga pemilu tahun ini lancar-lancar. Amin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *