Mulai dari gondrong sampai cepak ~
Rambut adalah segalanya. Gaya rambut bisa mempengaruhi penampilan seseorang. Selain itu jika seseorang nampak nyaman dengan gaya rambutnya yang baru akan membantu meningkatkan mood. Ini berdasarkan pengalaman saya.
Jujur, saya paling malas kalau rambut sudah mulai gondrong lalu dilema. Kalau potong, cemas akan tak sesuai ekspektasi. Kalau nggak potong kok ya semakin berantakan. Deg-deg an, lebih tepatnya tegang ketika berada di dalam salon. Salah potong? pernah saya alami berulang kali.
Makanya, saya dari dulu punya gaya rambut andalan. Modelnya begitu begitu aja. Namun sempat berubah drastis beberapa tahun terakhir ini.
“Potong segini dan modelnya kayak yang difoto.” tunjuk saya pada mbak/mas tukang potong rambut.
Sebelum pergi ke salon, saya selalu kumpulkan foto gaya rambut yang akan saya tiru. Ehe. Begini deh gaya rambut saya dari tahun ke tahun.
Tahun 2013
Rambut berlayer adalah andalan ketika saya masih kuliah. Sebenarnya saya tak begitu senang dengan model ini, namun mas tukang potong ngeyel banget. Sejujurnya saya tuh pengin potong model biasa aja.
Alasan mas Dodo (mas salon) cukup sederhana, karena rambut saya ini tebal jadi aneh kalau nggak dipotong layer. Duh, padahal kan saya di sini potongnya bayar bukan gratis.
Tahun 2014
Masih bertahan dengan model rambut layer, namun kali ini berani potong dengan lebih pendek. Sayangnya saya sering kali merasa rambutnya sulit diatur. Digerai wagu, dikuncir juga nggak bisa semua.
Serba salah. Pas foto ini, rambut saya lagi kelihatan bagus. Biasanya, beuh.. kayak rambut singa.
Tahun 2015
Saya mulai memanjangkan kembali rambut, tujuannya cuma satu. Ingin panjang rambut saya kembali rata. Namun saya masih berponi. Ketika sudah mulai panjang, rambut pun mulai bisa dikuncir. Hampir seluruhnya.
Saya suka sih gaya rambut ini namun agak ribet kadang dan suka bikin gerah karena rambut saya super tebal.
Tahun 2016
Nah, saya mulai ganti gaya dengan potongan dora gitu. Namun masih setia dengan poni lempar. Lebih pendek dari sebelumnya jadi agak sulit saya kuncir.
Saya biarkan terurai begitu saja. Tapi kok.. memberikan efek bulat pada muka saya ya?? wqwq.
Tahun 2017
Bosan dengan gaya rambut dora, akhirnya saya mencoba potong layer tipis-tipis biar nggak tebal-tebal amat.
Hasilnya? not bad. Namun karena saya waktu itu sedang gendut-gendutnya jadi muka saya terlihat makin bulat.
Tahun 2018
Mungkin saya pusing banget dengan hidup. Jadi saya memutuskan untuk memotong pendek sekali. Awalnya yakin seklai, begitu proses cukur selesai jreng jrengggg…. mata ini ingin menitikkan air mata, tapi ya buat apa?
Kan sudah terlanjur. Jadi sebisa mungkin saya menikmati potongan rambut ini. Sebelumnya, rambut saya sudah pendek meski tak secepak ini jadi nggak kaget amat.
Tahun 2019
Banyak yang protes ketika rambut saya cepak banget. Okay, saya kembali memanjangkan rambut dan akhirnya masih setia dengan rambut sebahu. Tak berponi dan tak berlayer. Supaya lebih praktis saat dikuncir.
Seiring berjalannya waktu, gaya rambut saya pun berubah perlahan. Entah nanti masih ada kemungkinan untuk ganti gaya rambut lagi. Tapi nggak tahu juga ya, sementara masih nyaman dengan gaya rambut yang sekarang. Ehe.
Dari kecil sampe sebelum nikah, rambutku selalu dipotong cepak mbak 😀 alasannya untuk melampiaskan cit-cita bapak yang kepengen punya anak cowok tapi 4 anaknya cewek semua hahah
Tapi pas udah nikah, suami malah req untuk agak panjangin rambut… katanya biar ada bedanya antara saya sama dia wkwkw
Wah bisa gitu ya 😀
Anak sulung kah? Kadang suka kagum sama perempuan yang tetap cantik meski rambutnya pendek dan pede.
Terus.. terus.. lebih suka rambut pendek atau agak panjangan nih? 😀