Singgah di kedai es krim yang berdiri sejak Indonesia belum merdeka.
Saya mendorong pintu kaca, melangkah masuk dengan penuh rasa percaya diri.
“Tutty Fruity-nya ada?” tanya saya pada waitress.
“Umm, ada.”
“Yass, mau satu ya, Mba” pinta saya semringah.
Bagai singa lapar yang menemukan seonggok daging di tengah padang rumput tandus, akhirnya stok Tutty Fruity masih tersedia. Rasa penasaran yang meradang pun pelan-pelan musnah. Karena sebelumnya sempat mampir kesini dua kali dan kehabisan.
Ohya, Old Dish Tip Top ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1936 lho. Pada tahun 2014 dan sebelumnya, kedai es krim ini berlokasi di Jalan P. Mangkubumi sebelum boyongan ke Jalan Prof. Yohanes.
Dilansir dari CNN Indonesia , kedai ini ternyata sudah dikelola oleh generasi ketiga yang tetap mempertahankan resep leluhur. Meskipun ada perbaikan untuk kualitas dari bahan, namun hal itu tidak menghilangkan cita rasa es krimnya.
Kedai ini menawarkan banyak menu, mulai dari es krim sampai snack seperti waffle dan pastel. Tujuan saya kemari adalah mencecap signature menu Old Dish Tip Top yakni, Tutty Fruity, Mont Blanc dan Cassata.
Pertama kali mampir kesini saya memesan Mont Blanc, sebenarnya ingin sekali mencicipi Tutty Fruity namun belum beruntung karena stoknya kosong –entah habis atau bagaimana, saya kurang tahu.
“Ih, lucu banget piringnya” kata Fajrina.
Setuju. Eh, kok malah salah fokus ke piringnya ya. 😀
Kembali ke topik sebelumnya soal es krim, saya jatuh cinta pada suapan pertama, karena sejujurnya sempat kurang yakin dengan es krim yang saya pesan ini.
“Serius, ini enak banget!” seru Fajrina.
Es krim Tip Top ini punya cita rasa yang unik dan bisa jadi tak bisa ditemui di kedai es krim lain. Mont Blanc ini selain ada butiran meses warna-warni, campuran rum bikin rasanya benar-benar beda dengan es krim yang lain. Tak terlalu manis dan enek. Jujur saja, saya adalah anti makan yang manis-manis karena selain enek, gigi saya kadang ngilu. 😀
Taburan nanas yang dikeringkan di atas es krim bikin lebih enak dari rasanya yang asam bertemu dengan manisnya es krim. Mmm, perpaduan yang endesss.
Ohiya, tadi kan saya memesan Tutty Fruity. :-p
Akhirnya, setelah memesan dan membayar di kasir, pesanan saya pun diantar.
Oh.. Gosh, keturutan juga mencecap es krim yang didamba. Teksturnya lembut, lumer di lidah dan tidak terlalu manis. Tutty Fruity ini terdiri dari rasa coklat dan tip top. Ada potongan kismis dan seperti jelly di esk krim Tip Top-nya. Beberapa kali menyuap, seperti de javu karena rasanya begitu familiar.
Oh, saya teringat dari cita rasa Mont Blanc tempo hari. After taste-nya sangat unik, saking uniknya saya pun sulit menjelaskan. Saya menebak rasa uniknya itu berasal dari rum yang telah berbaur dengan es krim tip top.
“Kamu lebih suka mana, Mont Blanc atau Tutty Fruity?” tanya saya pada Fajrina.
“Suka ini, eh.. suka semuanya ding. ” jawab Fajrina yang belum berhenti menyuap.
Setuju dengan Fajrina, saya juga suka dengan kedua menu ini. Meskipun harganya Rp 32,000 per porsi –harganya di atas rata-rata es krim di Yogyakarta– tetapi menurut saya ini sepadan dengan rasanya.
Di sini selain tersedia akses Wi-Fi gratis, kamu juga bisa membaca koleksi Nat Geo edisi lawas. 🙂
Sayangnya kedai ini tidak punya lahan parkir yang cukup luas, jadi agak repot kalau misalnya naik mobil. Interior kedainya pun biasa saja.
Saya penasaran, mengapa kedai es krim yang konon legenda di Yogyakarta ini tak seramai Toko Oen yang ada di Malang atau Zangrandi Ice Cream yang ada di Surabaya?
Harapan saya sih, mudah-mudahan kedai ini terus eksis di tengah ketatnya persaingan bisnis kuliner di Yogyakarta dan terus konsisten mempertahankan resep dari leluhurnya. 🙂
Rating :
Aksesibilitas — ♥♥♥♥♥♥♥ (7/10)
Harga — ♥♥♥♥♥♥♥♥ (8/10)
Fasilitas — ♥♥♥♥♥♥♥♥ (8/10)
Rasa — ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ (10/10)
Suasana — ♥♥♥♥♥♥♥ (7/10)
Pelayanan — ♥♥♥♥♥♥♥♥♥ (9/10)
Skor : 8,2/10
“Disclaimer : Tulisan ini semata-mata untuk berbagi informasi dengan pembaca. Untuk penilaiannya subyektif berdasarkan sudut pandang penulis. 🙂 “