Ada perbaikan interior dan penambahan menu di sana.
Sejak Sabtu pagi, saya punya niat untuk meluangkan waktu mampir ke Ruang Tuang by Jelajah Blitar yang berada di Jalan Ir. Soekarno, Kota Blitar, seberang warung makan Presiden atau di utaranya gardu listrik milik PLN. Saya lamaaa banget nggak kesini. Terakhir kesini pas antar Dinka dan Lail ke stasiun Kota Blitar karena mereka harus balik ke Yogyakarta. Nah, tiap kali antar tamu ke stasiun tuh saya sering ajak buat mampir kesini.
Kabarnya, Ruang Tuang ini sedang renovasi kecil-kecilan dan sempat libur beberapa hari. Belum jodoh, pas kesana di hari pertama buka pasca renovasi ternyata Ruang Tuang masih tutup. Sedihnya… Saya dan adik pun putar balik dan mencari tempat lain untuk berteduh dari terik matahari yang sadis.
“Mas, buka jam piro?” tanya saya pada Mas Haryo, pemilik kedai. (Mas, buka jam berapa)
“Buka jam 4 saiki.” jawabnya. (Buka jam 4 sore sekarang)
“Hoalah.. Pantesan. Aku tadi sempat mau mampir tapi masih tertutup rapat.”
“Mampir aja, aku lagi roasting di dalam. Hahaha.”
Mau balik ke Ruang Tuang, tapi sudah terlanjur pewe di tempat lain. Lalu baru Sabtu kemarin, saya bisa meluangkan waktu untuk ke Ruang Tuang. Penasaran sih, apa saja yang baru di kedai tempat favorit teman-teman saya nongkrong ini. Sebelumnya, saya pernah menulis rada panjang tentang pengalaman pertama kali ke Ruang Tuang, bisa kamu baca di sini.
Ada apa saja yang baru di sana?
Pertama, ada perubahan minor untuk interior kedai ini. Sebelumnya warna dinding didominasi oleh warna merah marun. Sekarang dicat ulang dengan warna dominan putih sehingga mebawa nuansa berbeda di kedai dan tampak lebih terang. Penataan perkakas nggak ada perubahan banyak kok, hanya saja ada beberapa pajangan yang dihilangkan, seperti kayu papan dengan bentuk bundar di taruh luar, tidak lagi bersandar pada dinding dekat bar.
Kedua, ada penambahan dari menu-menu baru mereka. Kemarin saya cobain beberapa menu barunya, mulai dari roti bakar coklat keju, hojicha, dan roti polo. Enaknya bahas yang mana dulu nih? Roti polo dulu aja kali ya. Sekilas roti homemade dengan merek Polo ini mirip dengan roti bluder. Namun permukaan rotinya tak semulus bluder alias nggronjal-nggronjal. Mas Haryo cerita bila roti Polo ini bed dengan roti-roti yang ada di Blitar karena ini adalah roti Hongkong dengan ciri khas teksturnya yang rada kasar.
Ada dua varian, keju dan coklat. Kemarin saya incip yang keju. Hmm, saya masih kebayang enak rotinya kayak gimana. Ada sensasi kress sejak di gigitan pertama. Tekstur rotinya kasar tapi nggak keras saat dikunyah. Untuk roti Polo keju, ada taburan keju meleleh di atas permukaan roti dan di bagian dalam roti. Manisnya pun pas. Roti ini enak dipakai teman ngopi atau ngeteh. Saya ngebayangin kayaknya lebih enak lagi saat roti baru dikeluarkan dari oven.
Kebayang kan gimana aroma khas roti yang memikat dengan sensasi kress kresss pada gigitan pertama. Horay, saya mulai lapar. Sebungkus roti Polo ini harganya 5ribu IDR. Menurut saya, harganya masih masuk lah. Berikutnya ada Hojicha. Mulanya saya mau pesan es teh rosella, namun ketika Mak Okti hendak menyeduh teh tiba-tiba saya mengubah haluan. Saya memesan salah satu menu baru di Ruang Tuang.
Hojicha ini adalah jenis lain dari green tea yang umum diminum oleh masyarakat Jepang. Rasanya sekilas sama tetapi sebernarnya keduanya berbeda. Matcha adalah daun teh hijau yang diproses menjadi bubuk kemudian diseduh. Sementara Hojicha adalah teh hijau yang dipanggang dulu dengan teknik khusus, itulah kenapa warnanya rada coklat kehitaman. Saya nggak berani berekspektasi apa-apa pada Hojicha. Slruppp… Satu tegukan pun lolos.
Jebul enak! Dibanding dengan Matcha, Hojicha ini punya rasa yang lebih ringan. Ruang Tuang memadukannya dengan susu segar. Ditambah dengan es batu, beuh segarnya! Saya kira Hojicha ini rasanya akan manis. Ternyata enggak, Mas Okti bikinnya pas dan cocok dengan selera saya. Duh, mendadak jadi haus nih. wqwq.
Terakhir menu yang saya coba kemarin ada roti bakar coke –coklat keju. Rotinya sama kayak yan dipakai roti bakar Bandung yang sering kamu jumpai di tepi jalan. Namun ukuran seporsi roti bakar di Ruang Tuang hanya separuh. Seporsi roti bakar ini sepertinya cukup untuk dimakan 2-3 orang. Kemarin saya kalap makan sendirian. Hahaha. Besok-besok nggak mau kalap daripada perut begah nggak karuan.
Ruang Tuang bikin rotinya beda dari yang lain. Krim coklatnya itu lho ada crunchy-crunchy-nya, berasa makan roti dengan selai Ovomaltine Crunchy Cream. Eh, apa jangan-jangan mereka pakai selai itu ya? Hahaha. Kurang tau lah, saya tidak peduli, yang penting rasanya masuk di lidah saya.
Hashh, sekarang jadi makin lapar kan!
iso seng roti bakar cokelat enek krenyes2 e hihi
Iya e.. enak tapi lek kakean, untuku ngilu manis e
Belum semua menu dicoba ya? Yang relaxa :))
Belooom.. emang rasanya gimana, mas? Hahaha