Close
Belajar Bikin Jamu Bersama Pemilik Temukini
Jamu kunir asem. Dokumen pribadi Rizky Almira

Belajar Bikin Jamu Bersama Pemilik Temukini

Jamu itu pahit, tapi menyehatkan ~

“Kak Kikay nanti mau kemana?” tanya Cindy.

“Mmm… aku kayaknya mo ikut pelatihan bikin jamu.” jawab saya.

“Hah? Di mana, Kak? Astaga…bikin jamu aja ada pelatihannya?”

“Di UGM, Cind.”

“Itu gratis, Kak Kikay?”

“Bayar 50ribu.”

“Astaga, mahal banget. Tau gitu aku ajarin aja Kak Kikay. Hahahaha. Ada Kak Petto juga yang biasa bikin jamu tiap pagi. Buang-buang duit tauk.” ejek Cindy –teman sekosan di Yogyakarta.

“Ya udah sih, Cin. Suka-suka aku lah!” jawab saya sambil cengengesan dan berlalu.

Ikut workshop Menjamu dengan Temukini di Festival Sumba UGM? why not. Selama tinggal di Yogyakarta saya beberapa kali menyisihkan uang untuk mengikuti kelas berbayar. Saya juga semangat banget ikut kelas-kelas gratis di sana. Pokoknya temanya sesuai dengan minat, saya nggak akan ragu untuk ikut kelas tersebut. Dari mana sih saya dapat informasi kelas-kelas itu? Banyak banget, ada kelas yang diadakan oleh pegiat yang memang saya ikuti akun media sosialnya. Kalau kelas gratis, saya dapat dari akun Akber Jogja (Akademi Berbagi).

Sebelum pergi ke acara kelas bikin jamu ini, saya harus berantem dengan diri sendiri. Hah? Kok bisa? Raga ini kok rasanya ngajak di kosan aja, istirahat karena besok Senin dan harus kerja-kerja-kerja. Tetapi hati menjerit, “Ayo… berangkat.. sayang uangnya sudah bayar 50ribu tauk!”.

Saya mengakali rasa malas dengan memesan ojek online. Bimsalabim adakedabra. Berkat paket data dan kupon dari penyedia jasa ojek online, saya pun pulang pergi ada yang jemput. Muda-muda semua lagi, eh.. sebentar yang jemput pas pulang udah tuwir ding. Hahaha.

Begitu sampai di Fakultas Ilmu Budaya kok makin berdebar ya, saya gugup nih memasuki sarang pemuda-pemuda warga UGM yang masih idealis dan berapi-api. Hehehe. Saya kalau lihat anak-anak kuliah gini jadi kangen masa kuliah, bukan kangen ketika di kelas dan berkutat dengan materi yang kadang bikin ngantuk itu ya. Tetapi kegiatan sosialnya, haha hihi dengan teman kampus yang seringnya unfaedah.

Makin gugup lagi karena saya sama sekali tidak kenal dengan peserta maupun penyelenggara kelas bikin jamu ini. Seperti orang nyasar sih lebih tepatnya. Kala itu kelas membuat jamu diikuti kurang lebih 15 orang. Saya sempat salah mengira, awalnya saya kira tiap orang kebagian 1 set peralatan dan bahan untuk bikin jamu, lalu peserta akan membuat jamu bersama-sama. Ternyata panitia membagi kami beberapa kelompok dan punya peran yang berbeda-beda.

 

Bahan-bahan dasar untuk membuat jamu tradisional khas Jawa
Bahan-bahan dasar untuk membuat jamu tradisional khas Jawa

Ketika kelas memulai, praktisi peramu jamu memperkenalkan dirinya dan menjelaskan secara singkat tentang sejarah jamu. Ia bernama Ismi Rinjani, perempuan asli Sumedang dan beberapa tahun terakhir tinggal di Yogyakarta. Ia juga membagikan wawasannya tentang jamu pada semua peserta. Ohya, Mbak Ismi ini juga menjual jamu lewat media sosial lho, lapaknya adalah Temukini. Kalau ke Jogja dan ingin mencicipi ramuannya bisa mampir ke Co-working Space Antologi, alamatnya bisa cari di GMaps. Nggak usah manja!

Satu hal yang disampaikan Mbak Ismi dan masih nancap di kepala saya, ia menceritakan jamu itu ada sejak dahulu kala. Sebelum ada obat-obatan kimia, leluhur membuat obat dari tanaman obat yang mereka tanam di pekarangan. Bahkan ada yang sampai berburu tanaman obat ke hutan. Tiap daerah punya resep ramuan jamu yang berbeda-beda dan katanya lengkap. Mulai dari obat untuk pencernaan hingga untuk reproduksi juga ada.

Menurutnya, jamu itu berbeda dengan obat-obat yang ada di apotek itu. Jamu diolah 100% oleh tangan-tangan manusia dan ditambah dengan suntikan kasih sayang oleh pembuatnya. Jamu bukan hanya mengobati fisik, tetapi hatimu. eciye.. Karena ada interaksi antara healer dengan si pasien. Apalagi proses healing-nya minum jamu dan pijat. Mbak Ismi mengatakan bahwa sentuhan itu menyembuhkan. Saya setuju sih, sentuhan apalagi peluk itu bisa memberi energi positif. Misalnya, peluk dengan Ibu, peluk dengan saudara. 🙂

Sesi berikutnya, Mbak Ismi mengenalkan pada peserta mengenai bahan-bahan dasar untuk membuat jamu. Mulai dari kencur, kunir, serai, temulawak, jahe, cabe puyang, lengkuas, daun pandan, gula merah, kayu manis, kayu secang, jeruk nipis dan lain-lain. Saya salut dengan Ismi Rinjani, masih muda tetapi ia tidak malu untuk merawat eksistensi jamu tradisional di kalangan anak muda.

Pembagian kelompok pun dimulai, saya kebagian gabung ke kelompok penumbuk. Kali ini kami mau bikin jamu Kunir Asam lho. Untuk 1 liter jamu Kunir Asam, dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut:

  • 1 genggam tangan dewasa kencur
  • 1 genggam tangan dewasa kunir
  • 2 ruas jahe
  • 1 genggam beras yang sebelumnya direndam minimal 2 jam
  • 1 buah jeruk nipis
  • 3/4 liter air yang telah direbus dengan gula jawa dan 2-3 butir asam jawa dan serai dan sedikiiit garam sebagai penyeimbang rasa
  • Es batu, ini sesuai selera ya
Langkah Pertama

Kencur, kunir, dan jahe dicuci hingga bersih. Lalu dipotong kecil-kecil, untuk memudahkan saat proses penghalusan.

Langkah Kedua

Beras yang sudah direndam itu ditumbuk dan tambahkan sedikiiiit air biar memudahkan. Setelah Berasnya berhasil ditumbuk sampai benar-benar halus, sekarang giliran kencur, kunir dan jahenya.

Langkah Ketiga

Campur antara tumbukan beras, kunir, kencur dan jahe. Lalu tuang air gula itu ke dalam ramuan yang ditumbuk-tumbuk itu. Sampai sini paham? Okay, berikutnya ramuan disaring sambil diperas beberapa kali.

Langkah Terakhir

Kamu bisa menyajikan dingin, langkah terakhirnya diberi tetesan jeruk nipis.

 

Tumbuk beras sampai halus
Bikin Jamu: Tumbuk beras sampai halus

 

Bikin Jamu: Proses menghaluskan kunir, kencur, dan jahe
Bikin Jamu: Proses menghaluskan kunir, kencur, dan jahe

 

Bikin Jamu: Aduk lalu peras jamunya
Bikin Jamu: Aduk lalu peras jamunya

 

Bikin Jamu: Jadi deh! Sedapnyaaa...
Bikin Jamu: Jadi deh! Sedapnyaaa…

 

Begitulah kira-kira resep membuat jamu kunir asam tuh. Terlihat mudah ya? Iya, sesuatu yang nampak di depan mata memang sering terlihat gampang eh terus kita (Hah? Kita? Eh ralat.. Saya doang ini wqwq) meremehkan karena ah.. saya juga bisa. Boleh nih besok kita praktek bikin jamu kunir asam sendiri di rumah! Nanti kalau sudah jadi, boleh banget bagiin hasil bikin jamunya di sini. Hehehehe. :-p

 

 

Tulisan ini untuk memenuhi tantangan #BloggerPerempuanBlitar 
Baca juga:
- Tulisan Andhira Arum 
- Tulisan Verwati Iriani

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *