Menyesal deh makan di sini.
“Mari… silakan.” engkoh –penjual mie ayam asli bandung 59 Pasar Pathuk– menyapa dengan sangat ramah.
Saya belum mematikan mesin motor. Bahkan belum parkir dengan sempurna tetapi Engkoh sudah menyapa duluan. Sikap ramahnya bikin saya merasa sangat spesial. Mungkin ini agak berlebihan ya buat kamu, enggak apa-apa. Itu komentar jujur saya. Saking ramahnya si Engkoh, saya jadi enggak enak hati mau pesan seporsi doang. Tadinya mau pesan satu porsi buat berdua, soalnya masih ada keinginan buat makan ronde kedua sebelum pulang. :p
“Mau pesan yang mana?”
“Yang recommended apa ya, Om?”
“Ada yammie manis pedas sama yammie asin pedas nih.”
“Mau yammie manis pedas dong, Om.”
“Dua porsi? Pedasnya banget atau sedikit aja?”
“Iya, pesan dua. Pedasnya sedang sama satunya pedas ya, Om.”
Terakhir kali kesana sekitar jam 7 malam, situasi saat itu hanya ada satu pelanggan yang lahap menikmati yammie. Saya dan Ayi pun leluasa mau duduk di mana.
“Kok sepi ya, Mba?” tanya Ayi.
Saya hanya memberi respons dengan mengangkat bahu.
“Dia buka dua kali. Pagi dan malam. Waktu pagi sih selalu ramai, katanya lho ya.”
Ayi hanya manggut-manggut. Tak berapa lama, Mba pelayan menyodorkan setoples kerupuk dan semangkuk kecil sambal. Setelah itu pesanan yang kami nanti-nanti pun menyusul diantar ke meja.
Tergoda enggak sama tampilan yammie di atas? Tekstur mi kecil-kecil gitu. Pas disajikan ternyata yammie ini sudah diracik –sudah dicampur dengan kecap dan sambal sesuai dengan level pedas yang dipesan. Jadi enggak perlu tambah ini itu, langsung hap! 😀
Suapan pertama, beuh… susah banget dijelaskan. Lidah klik banget sama cita rasanya. Manisnya pas. Tetapi masih ada rasa gurih apalagi kalau dicampur dengan kuahnya. Minusnya cuma satu, sayurnya paling cuma beberapa suap langsung lenyap. Hahaha.
Seporsi yammie manis sudah termasuk pangsit goreng dan pangsit rebus. Muwantap! Saya memperhatikan Ayi sekilas, keringatnya kemana-mana. Sesekali dia mendesis bak siluman ular. Saya pun penasaran dan mencicipi yammie pesanan Ayi.
“Njirrr… Pedas banget!”
Buat kamu yang enggak terlalu bisa makan pedas, bisa pesan yammie dengan level pedas sedikit atau kalau lagi BeeM makan yang pedas-pedas bisa pesan dengan level pedas sedang seperti yang saya pesan. Pedasnya enggak lebay jadi bisa dinikmati. Fyi, level kepedasan saya itu remah-remah. Pesan ayam geprek saja cuma berani cabai 2 biji doang. 😀
Untuk pangsit gorengnya biasa aja, soalnya ada yang pangsit gorengnya lebih enak dari ini. Di mana? Rahasia. :p
Kalau pangsit rebus, rasanya lumayan enak. Isiannya berupa adonan tepung dengan campuran daging dan bumbu dicampur dengan irisan daun antara seledri atau daun bawang. Masih teka-teki nih.
Ayamnya sendiri juga enak dan betulan daging ayam dengan potongan yang agak besar –ya iyalah, kalau bukan asli apa dong? Hahaha. Karena sebelumnya pernah makan yammie di rumah makan lain dan hanya ditabur bubuk kasar berwarna putih dengan rasa yang mirip ayam. Entah, itu ayam asli atau hanya tiruan.
Soal harga rata-rata seporsi sekitar Rp 15,000,-. Harga ini berlaku selama Ramadan tahun 2018 ya. Enggak tahu lagi nanti setelah lebaran, harganya bakal turun atau tetap segitu. Sebenarnya selain yammie juga ada menu-menu lain, ada mie kocok, lomie kangkung dan masih banyak lagi. Mungkin suatu hari nanti saya akan mencobanya. Semoga ada kesempatan ya. Amin!
“Mba, tahu enggak es tehnya dihitung gratis?”
“Masa?”
“Iya, katanya selama Ramadan minumnya gratis semua.”
“Aah, baiknya.”
Fix! Saya ingin balik lagi kesini besok-besok! Soalnya selain pelayanannya di atas rata-rata, cita rasanya juga enggak diragukan lagi. Asli saya menyesal makan di sini. Kenapa enggak dari dulu-dulu nyobain yammie di sini sih? 😀
Ohya, informasi penting buat kamu yang ingin mampir kesini. Mie ayam bandung 59 Pasar Pathuk ini buka setiap hari kecuali Senin. Buka sehari dua kali, pagi dan sore. Khusus hari Minggu buka pagi saja. 🙂
Rating :
Aksesibilitas — ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ (10/10)
Harga — ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ (9/10)
Kebersihan — ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ (10/10)
Rasa — ♥♥♥♥♥♥♥♥♥ (9/10)
Suasana — ♥♥♥♥♥♥♥♥ (8/10)
Pelayanan — ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ (10/10)
Skor : 9,3/10
“Disclaimer : Tulisan ini semata-mata untuk berbagi informasi dengan pembaca. Untuk penilaiannya subyektif berdasarkan sudut pandang penulis. 🙂 “
Wah enak kyak nya nih..
cobain aja kalau sedang di Jogja 😀