Close
Pengalaman Pribadi yang Paling Konyol Selama Jalan-jalan
pengalaman pertama kali backpacking ke Bali. foot oleh penulis

Pengalaman Pribadi yang Paling Konyol Selama Jalan-jalan

Cerita tentang pengalaman pribadi yang menurut saya paling aneh dan bikin ketawa sendiri kalau tiba-tiba ingat. 😀

Saat saya membuka folder foto lama, pasti ada satu-dua foto yang bikin saya tertawa sendiri. Ada sebuah cerita di balik foto yang bikin saya versi kini berpikir,

“Astaga, saya dulu pernah kayak gini ya.”

“Kok bisa-bisanya saya begitu.” sambil geleng-geleng kepala dan menahan malu.

Cerita-cerita yang tersimpan dalam foto tersebut kalau dipikir kok aneh ya, memalukan dan sulit dilupakan. Hahaha. Saya jadi ingin menceritakan bagian-bagian yang paling konyol selama ini.

Membawa penanak nasi saat backpacking ke Bali

pengalaman pertama kali backpacking ke Bali. foot oleh rizky almira
pengalaman pertama kali backpacking ke Bali. foot oleh penulis

Demi Dewa Laut saya pernah bawa ini saat pertama kali backpacking ke Bali dengan teman-teman kuliah saya. Saking cemasnya kekurangan uang saku dan kelaparan, jadi saya memutuskan buat bawa magic com kecil buat memasak nasi di homestay. Untungnya baju dan keperluan lain yang saya bawa enggak sampai separuh tas, jadi masih muat untuk angkut magic com.

Kalau ingat pasti bikin tertawa sendiri sambil menahan geli dan malu. Bisa-bisanya saya bawa barang begituan padahal di sana juga sama sekali tidak terpakai. Karena saya dan teman-teman memilih buat beli nasi bungkus yang lebih praktis daripada memasak kemudian setelah makan harus membereskannya.

Naik taksi berjamaah

packing barang di ransel. foto oleh rizky almira
packing barang di ransel

Backpacking ke Bali untuk kedua kali, saya bersama tiga teman cewek berangkat dari Surabaya. Nah, sesampainya di Pelabuhan Ketapang kami berkenalan dengan tiga lelaki yang ternyata sebaya. Saya masih ingat sekali, saat itu salah satu teman saya mendekati gerombolan laki-laki itu dengan niat pengin jalan bareng sampai Bali. Alasan kami sederhana, supaya kami lebih merasa aman selama perjalanan ke Denpasar.

Setelah mengobrol ternyata tujuan tiga serangkai itu adalah Lombok. Enggak tahu bagaimana ceritanya, mereka sempat ikut kami dan singgah sebentar di Kuta. Begitu sampai terminal Ubung, kami agak bingung mencari akomodasi ke Kuta. Akhirnya, berkat keahlian negosiasi Mas Adit –nama salah satu dari laki-laki tiga serangkai itu– kami pun dapat tumpangan ke Kuta. Ada taksi yang bersedia antar kami. Bagian paling konyol adalah satu taksi –jenis mobil sedan– dinaiki berdelapan termasuk sopirnya. Bayangkan mobil sedang yang berkapasitas maksimal 5 orang terpaksa mengangkut 8 orang. Saya kebagian duduk di belakang, memangku salah satu teman. Pokoknya kursi belakang diisi 6 orang, sisanya ada di kursi depan. Kebayang kan sesaknya saat itu bagaimana? Untung taksinya enggak mogok. 😀

Kebelet pipis pada malam hari di ketinggian 1726Mdpl

kamping di Andong. foto oleh rizky almira
kamping di Andong. foto oleh penulis

Saking penasarannya kamping di puncak gunung, akhirnya saya dan Nana nekat buat pergi ke Andong, salah satu puncak hit di Jawa Tengah. Puncak Andong cocok buat hiker pemula seperti kami ini. Nekat berangkat dari Yogyakarta hanya berdua saja. Jujur, saya deg-degan sekali begitu sampai di basecamp untuk mengaso sebentar.

Beruntung kami berkenalan dengan Aldo, seenggaknya saat hiking nanti tidak berdua banget. Kami pun naik saat hari menjelang sore. Setelah bersusah payah sampai puncak, perjuangan belum berakhir. PR kami berikutnya adalah mendirikan tenda sebelum gelap gulita. Brrr… makin malam anginnya makin kencang. Saking cemasnya, Nana jadi kebelet pipis dan kami enggak tahu harus pipis di mana.

Sementara tenda kami dikelilingi jurang dan tenda-tenda hiker lain. Akhirnya, saya pun mencari kantong plastik dan membujuk Nana buat pipis di tenda dengan posisi jongkok dan kantong plastik terbuka lebar di bawahnya. Saya geli sendiri kalau ingat itu. Ohya, begitu turun kami tidak lupa membawa “sampah” tadi malam kok. Jadi enggak perlu khawatir akan mencemari lingkungan dan hidung hiker lain. 😀

Melepaskan sesuatu yang berharga demi ke Singapura

kenang-kenangan sama Ciki. foto oleh rizky almira
kenang-kenangan sama Ciki. foto oleh penulis

Astaga, pengalaman yang satu ini bukan hanya sulit dilupakan tetapi saya juga merasa bersalah sama Cindy. Ceritanya, dulu saya punya binatang peliharaan. Itu pun saya mengadopsi dari sahabat saya, Cindy. Kucing campuran antara lokal dan ras berwarna putih polos dan biasa saya panggil Ciki. Dia saya pelihara hampir satu tahun.

Suatu hari saya punya rencana buat backpacking ke Singapura, kok kayaknya bujet saya masih kurang ya sedangkan jadwal terbangnya sudah mepet. Saya pun mencari cara buat mencari tambahan uang saku, akhirnya saya mengiklankan si Ciki buat diadopsi orang lain. Waktu itu laku Rp 300ribu dan diadopsi oleh cewek yang juga sedang kuliah di salah satu PTS Surabaya.

Cindy masih rutin menanyakan kabar Ciki, saya pun tidak sanggup untuk bercerita keadaan sebenarnya. Jawaban paling aman, saya menceritakan kalau Ciki baik-baik saja, tetapi sekarang sedang dipelihara oleh kerabat –terpaksa berbohong demi menjaga hati Cindy. Ya Tuhan, ampunilah kelakukan hamba-Mu ini di masa lalu. Amin! Sekali lagi maaf banget ya, Ciki.

***

 

Nah, pengalaman-pengalaman itulah yang sampai saat ini masih tersimpan rapi di lemari kenangan saya. Kayaknya mau dibahas berulang-ulang tetap saja bisa bikin ketawa. Kalau kamu sendiri bagaimana? Punya pengalaman pribadi yang konyol dan enggak akan terlupakan juga? Saya yakin kok setiap orang pasti punya pengalaman yang enggak kalah gilanya. Kalau ada, ceritakan dong! 😉

2 thoughts on “Pengalaman Pribadi yang Paling Konyol Selama Jalan-jalan

  1. Aku waktu kemah di pantai Seruni pernah pipis di balik batu karang, di bawah bintang-bintang.. menurutku itu pengalaman romantis XD

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *