Kalau pas beruntung dan ada yang bisa dibagi-bagi ~
Mumpung pulang ke Blitar, saya iseng mampir ke Ruang Tuang. Kedai ini masih terbilang baru. Ruang Tuang mulai resmi buka beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Fitri kemarin. Awalnya saya mengira lokasinya ada di tengah kota ternyata kedai ini ada di daerah Sentul –dari arah Makam Bung Karno lurus terus ke arah Candi Penataran– tepatnya ada di seberang President Lesehan 2.
“Ruang Tuang buka jam berapa ya, Mas?” tanya saya pada Mas Pandu.
“Jam 5 sih, jam 4 masih siap-siap. Tapi datang jam 4 aja nggak apa-apa.”
Motor saya berhenti tepat di depan rumah makan lesehan itu alias di seberang Ruang Tuang. Tapi kok pagarnya hanya dibuka sebagian, ya kira-kira hanya muat dilewati 1 motor lah. Saya nekat menyeberang dan menerobos ke halaman. Rada kikuk, sebenarnya takut kecele. Biar tetap kalem, saya sok menikmati pemandangan sebelah kedai. Padahal mah sedang atur napas, siap-siap hadapi kenyataan kali aja kedai ternyata tutup.
Beruntung pemandangannya lumayan bagus lah. Rimbunnya padi dan pepohonan di seberang cukup menenangkan. Kaki saya mantap melangkah masuk ke dalam kedai.
“Sendirian aja, Mba?”
“I..iya…” jawab saya sambil mencari sumber suaranya.
Seseorang melambaikan tangan buat ngasih kode kalau dialah yang bertanya barusan. Muka saya kayak orang linglung kali ya, lha piye pikiran sibuk menerka ini kedai sebenarnya sudah buka atau belum sih.
Kebiasaan saya kalau sedang mampir rumah makan atau kedai atau apapun itu selalu meyempatkan untuk tanya menu yang paling sering dipesan. Barista Ruang Tuang menyebutkan beberapa menu, saya lupa apa aja. Salah satunya adalah kopi yang saya pesan, Coffe Latte tanpa flavor.
Bonus pertama yang saya dapat begitu datang kesini sekitar pukul 5 sore gitu dan memilih meja dekat teras adalah bisa menikmati senja tipis-tipis. Yah meskipun agak terhalang sama bangunan di seberang kedai sih. 😀
“Butuh password wifi?” tanya lelaki tadi.
“Enggak mas, makasih. hehe.”
“Kuota internetnya masih banyak ya?” tanyanya balik sambil melenggang pergi.
Hadeh… apakah muka saya lagi-lagi seperti fakir kuota? Biarlah dikira sombong, saya memang sedang tidak membutuhkan akses internet gratis saat itu. Bye bye sobat kisminque. (ditimpuk sekarung kopi)
Lalu lelaki itu datang lagi, dia duduk begitu saja di hadapan saya. Kami pun memulai obrolan basa-basi. Ternyata eh ternyata dia lah si tuan rumah di Ruang Tuang. Dia adalah Mas Haryo. Di sini –di kedai ini–, ia tinggal berdua saja dengan istri. Mas Haryo mengurusi tetek bengek operasional di Ruang Tuang sekaligus jadi Barista.
Saya lagi beruntung. Mas Haryo bilang siangnya baru ada acara di Ruang Tuang, kalau enggak salah reuni guru-guru dari Surabaya. Entah saya agak lupa. Jadi banyak makanan yang tersisa. Dua piring berisi makanan ringan pun Mas Haryo sodorkan pada saya. Baiklah, saya mengiakan. Dapat rezeki masa mau menolak? 😀
Mas Haryo ternysata orangnya asyik. Dia malah sempat berinisiatif jadi makcomblang begitu dengar cerita saya kalau saat ini masih sendiri. Iya, sendiri. Saya belum dekat dengan siapa-siapa. Pun yang mendekati, belum ada. “Lhoh, beneran.. di sini tuh udah kayak biro jodoh.” katanya. Saya hanya tertawa, antara senang dan sedih-sekaligus-malu-tetapi-mau. 😀
Mas Haryo banyak bercerita tentang kopi dan teh. Saya pun jadi tahu kalau Blitar itu sebenarnya potensial. Kalau kamu dengar tentang kebun kopi di Karanganyar Blitar dengan kopi robustanya yang enak, ternyata di Blitar bagian lain masih ada kopi dengan kualitas di atasnya. Sayangnya petani kopi lebih memilih untuk ekspor kopi daripada menjual ke pasar lokal, cerita Mas Haryo, sedangkan kualitas kopi yang didapat Mas Haryo justru di bawahnya.
Begitu pula dengan teh hitam yang ia dapat dari perkebunan teh yang tak jauh dari rumah saya. Teh hitamnya susah-susah gampang ditemukan di pasaran. Enggak semua toko di Blitar jual teh ini. Ibu saya saja pernah membawa pulang sebungkus teh hitam itu karena dibawakan seorang temannya. Kalau mau, kamu bisa beli online sih. Ada yang jual kok.
Blitar sedang dingin-dinginnya nih. Namun suasana di dalam kedai kian hangat. Saya memutuskan untuk gabung di meja Sendi, pelanggan setia Ruang Tuang yang juga datang sendiri. Sebenarnya ini bukan inisiatif saya. Mas Haryo lah yang menyarankan. Selain berkenalan dengan Sendi, saya juga berkenalan dengan Mas Okti, seorang barista juga di Ruang Tuang.
Mas Okti dengan baik hati memberi saya sampel kopi robusta Arjuna. Kebetulan ada sisa dan ini adalah stok terakhir. Saya beruntung bisa mencicipinya dengan gratis. Saya menyesap kopi, ada cita rasa asam setelah pahit. “Kopine wes adem, dadi rasa asem e kroso banget (kopinya sudah dingin, jadi rasa asamnya kian terasa.” kata Sendi.
Selain dapat sampel kopi robusta Arjuna, saya juga dapat segelas teh hijau gratis. Masih ada sisa teh hijau dari acara tadi siang. Mas Okti meracik untuk saya dan menambahkan kental manis. Dia menawarkan untuk tambah gula, tetapi menurut saya manisnya sudah pas. Enak!
Minuman yang terakhir saya seduh di Ruang Tuang malam itu adalah teh hitam dari perkebunan teh Sirah Kencong. Teh hitam pesanan saya diseduh dengan cara tubruk. Rasanya tak sepahit yang saya bayangkan, maklum sudah cukup lama tidak menyeduh teh ini. Jadi sudah lupa dengan rasanya.
Saya menikmatinya meski tanpa gula. Satu hal yang tidak saya lupa dengan teh hitam Sirah Kencong adalah tehnya berbentuk butiran. Beda banget sama teh tubruk lain. Hehehe. Maafkan saya ya kalau ada teh lain yang bentuknya butiran. Lha saya minumnya cuma teh tubruk lokal yang bungkusnya kertas itu. 😀
Bonus lainnya, saya malam itu akhirnya bertatap muka langsung dengan Mas Pandu. Dia adalah salah satu orang yang saya kenal dari media sosial. Kami berdiskusi banyak sekali. Saya dapat banyak sekali insight soal dunia per-online-an. Satu lagi, saya juga dapat teman baru. Namanya Arum, seorang entrepeneur muda yang sekarang menetap di Blitar. Dia sepertinya juga suka jalan-jalan. Malam yang sungguh menyenangkan.
Sayangnya, sebelum malam semakin larut saya harus bergegas pulang. Eh ndilalah pas pulang kok lupa belum bayar. Terpaksa putar balik deh ke Ruang Tuang. Hahaha.
Terima kasih sudah menuliskan review yang panjang lebar, ditunggu lagi kehadirannya di Ruang Tuang sambil diskusi-diskusi, banyak bahan diskusi :))
Wah, baru baca komentarnya. Siaap, tunggu bulan depan ya, Mas!
Waah, aku baru bacaa! 😀
Senang berkenalan dengan sampeyan, Mbak! Ditunggu kembali kedatangannya di Blitar ^^
Matur nuwun sudah meluangkan waktu untuk baca. Siap, sampai jumpa lagi secepatnya! 😀