Baru tau ada minuman seenak dan selucu teh ini.
Hari Minggu kemarin, saya bareng Mbak Melati dan Mbak Jay ke Semarang untuk ke acara resepsi pernikahan teman kami. Mereka mengajak mampir sarapan soto sapi Hj. Fatimah di Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Satu per satu menu pun di pesan. Awalnya, saya tidak berniat untuk pesan minum. Eh, lha kok…
“Mas, ini wedang apa ya?” saya menunjuk salah satu gelas di atas nampan.
“Oh itu teh kampul, Mbak.” jawab masnya.
“Ya deh, mau itu satu ya mas.”
“Nunggu nggak apa-apa ya, Mbak?”
“Nggak apa-apa, mas.”
Saya pun menunggu dengan anteng. Nggak lama, teh kampul pesanan saya datang. Yeay. Saya suka dengan aroma teh di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Gimana ya, harum dan kuat sehingga ada rasa sepat saat diminum. Saya pun menyeruputnya pelan-pelan.
“Mmm… Enak!” seru saya kegirangan.
“Lhah, masak kamu belum pernah minum teh kampul, Kik?” tanya Mbak Mel.
“Belum. Lucu ya rasanya. Hahaha”
Iya, bagi saya makanan atau minuman dengan rasa yang lucu adalah yang bisa ngasih kejutan. Teh kampul ini minuman khas Solo dan bisa dibeli di rumah makan atau HIK (semacam angkringan atau wedangan di Solo, Jawa Tengah).
Kampul itu sebenarnya adalah bahasa Jawa yang artinya mengambang. Mungkin dinamakan teh kampul karena irisan jeruk nipisnya mengambang di permukaan teh. Apa bedanya teh kampul ini dengan lemon tea? Bedanya, teh kampul ini pakai jeruk nipis bukan lemon.
Teh kampul ini pada dasarnya adalah teh manis yang ditambah dengan jeruk nipis. Bisa disajikan panas atau dingin. Saya baru nyobain yang panas tetapi langsung jatuh hati dengan teh kampul. Saya penasaran banget dengan teh kampul. Akhirnya, saya cari tahu resepnya.
Bahan-bahan untuk bikin teh kampul itu sangat mudah didapatkan. Nggak susah juga cara bikinnya. Teh tubruk (saya pakai teh lokal yang rasanya lumayan strong kayak di angkringan), gula (saya lebih suka menggunakan gula batu), air panas, satu butir jeruk nipis.
Seduh teh tubruk lengkap dengan gula lalu tambahkan air perasan jeruk nipis. Sisakan sekitar tiga iris jeruk nipis lalu masukkan dalam seduhan teh tadi. Jangan lupa aduk biar rasa manisnya merata. Saya mencoba bikin teh kampul sendiri baru sekali. Rasanya not bad lah. Namun jujur saja ya, saya kok lebih suka teh kampul di warung makan Hj. Fatimah. Hahahaha.
Sejak saat itu, teh kampul menjadi favorit saya. Sayangnya minuman ini nggak selalu ada di Yogyakarta apalagi Jawa Timur. Di balik rasanya yang enak dan lucu, ternyata teh kampul punya makna yang terkandung di dalamnya. Saat proses pencarian tentang teh kampul di google, saya menemukan istilah lucu dan baru yakni Ginastel. Artinya adalah legi, panas, dan kenthel, bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manis, panas, dan kental.
Dari semua rasa yang ada di dalam teh itu membaur menjadi satu. Lalu dari situlah banyak masyarakat Solo yang membiasakan minum Teh Kampul saat nongkrong bareng. Ada yang bilang, ngumpul dan ngobrol bareng akan menjadi lebih rekat dan hangat saat menyeduh teh kampul, katanya.
Namun, bagi saya keakraban bukan karena teh kampul. Kita akrab karena obrolan yang nyambung. Eh, karena teh kampul yang enak juga ding. Soalnya minuman enak bisa bikin mood bagus dan bikin betah ngobrol. Ya kan? 😀
Teh lokal biasanya emang lebih mantul ???? Ada satu merk teh lokal yang jadi favorit dari jaman dulu, Teh Cap Naga. Biasanya banyak dipake di warung-warung jadul/restoran lama. Enak mbak tehnya.
eh ini udah aku balas belum ya sebelumnya wqwq nah itu, teh naga… itu teh lokal yang beredar di Jawa Timur. Tehnya wangi tapi rasanya enggak sekuat teh lokal dari daerah Jawa Tengah ke barat. Aku juga suka sama teh itu 😀