Tempat asyik buat minggir sejenak dari segala rutinitas.
Semua ini berawal dari satu pertanyaan yang dilempar pada warganet di akun instagram publik yang sedang saya kelola.
“Nggon tongkrongan favoritmu neng ndi, Cah?”
“Lek aku sih neng Jasmine, min. Wenak banget neng kono.” jawab salah satu pengikut akun instagram tersebut.
Sejenak saya pun diam, lalu bertanya-tanya kok asing mendengar ‘Jasmine Coffee’. Memangnya ada kedai yang namanya ‘Jasmine’? Lantas saya cari di google. Oh, ternyata ada dan tempatnya menarik sekali untuk dicoba segera. Saya ingin kesana sejak lama, namun baru keturutan mampir ke Jasmine kemarin sore sekalian jemput adik. Jasmine Coffee and Space ini lokasinya di Jalan D.I. Panjaitan No.117, Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar.
Benar-benar lumayan jauh dari pusat kota, makanya saya bilang cocok untuk minggir dari keramaian buat nyari inspirasi. Lokasinya di pinggiran kota dengan lingkungan yang nggak kota-kota banget. Cari aja di peta kalau kamu kesulitan mencari Jalan D.I. Panjaitan itu di mana.
Jasmine Coffee and Space ini tidak berada persis di tepi jalan. Jika menemukan plang Jasmine, arahkan kendaraan motormu ke jalan kecil di samping plang yang menurun dan berkelok. Ikuti saja. Masalahnya adalah jika kamu membawa roda empat, mesti effort lebih buat cari parkiran karena saya tidak melihat ada lahan lapang yang cukup nyaman untuk parkir.
Kemarin, saya kesini sekitar pukul 16.40 WIB gitu. Begitu tiba langsung terkesima dengan kedainya yang mungil tapi terlihat luas dan nyaman. Ia mengusung tema industrial pada interior desainnya. Ada area indoor dan outdoor. Nah, sebelah utara kedai ada lahan kosong dan ternyata ada sungainya. Asyik beut kayaknya menulis konten sambil sesekali nengok ke tanaman hijau yang nggerombol di sana. Sayangnya lupa nggak saya potret.
“Mbak, maaf ya.. kami masih tutup. Bukanya sekitar setelah magrib.” seorang laki-laki dengan memegang gagang sapu menghampiri saya.
“Oh, gitu ya. Kalau nunggu di sini boleh kan?”
“Boleh.. Silakan, Mbak.”
Saya pikir, Jasmine Coffee and Space ini buka mulai jam 4 sore. Ehe. Sok tau banget yak. Ternyata kedai mulai buka pukul 18.00 sampai 00.00 WIB. Buka setiap hari kecuali hari Senin. Untuk menunya, tersedia non kopi dan kopi. Namun dari semua menu, saya nggak menemukan camilan. Alangkah baiknya isi perut dulu deh sebelum kesini.
Ya ada sih camilan, tapi kan nggak selalu ada. Di sini juga ada roti polo, 5ribu IDR tapi kemarin stoknya kosong. Untuk menu kopinya, ada macam-macam. Karena masih puasa kopi, jadi saya pesan dua varian teh. Sementara adik memesan matcha. Ohya, hampir kelupaan. Di sini juga disediakan infused water gratis lho. Nggak menunggu lama, pesanan kami pun diantar. Lhoh, kok dikasih selepek mangga yang dipotong kotak-kotak?
Jujur, saya happy banget di sini. Bukan karena dapat kudapan gratis semata, di sini saya akhirnya menemukan teh premium yang belum tentu ada di kedai se-Blitar Raya. Makanya saya langsung pesan chamomile tea dan peppermint tea, saking penasaran gimana rasa teh di sini. Ehe. Padahal satu teko kecil teh itu bisa untuk berdua lho dan saya terlanjur pesan dua varian sekaligus.
Apaan sih chamomile tea? Itu adalah teh yang dibuat dari bunga chamomile dan bentuknya mirip kayak bunga daisy. Ini adalah minuman herbal sejak dulu kala yang diseduh dengan air panas. Manfaatnya banyak, bisa memperbaiki kualitas tidur, bagus untuk kesehatan jantung, mengontrol kadar gula darah dalam tubuh.
Kalau peppermint tea? Teh ini dibuat dari daun mint yang dikeringkan dan paling enak diseduh dengan air panas. Rasanya kayak nggak sengaja tertelan busa dari pasta gigi. Manfaatnya juga nggak kalah banyak, bisa untuk memperbaiki kualitas tidur, membantu lebih fokus, melegakan napas, menurunkan berat badan, meringankan sakit kepala atau migrain, meringankan nyeri haid. Banyak ya?
Saya menyeduh kedua varian teh di atas tanpa gula, sengaja. Saya juga sempat incip matcha pesanan adik. Dia sih suka. Kalau bagi saya kok rasa susunya agak berbeda ya? Entah ini perasaan saya doang atau memang betulan susu yang mereka pakai bukan susu UHT atau kemasan. Saya tidak sempat bertanya sih, malu wqwq. Saya hanya menelaah dari dua tegukan.
Suasana di sini menyenangkan, tidak terlalu ramai. Sayangnya saya tidak menemukan rak buku yang diunggah pada akun instagram mereka. “Mas, kayaknya di instagram ada rak buku ya di Jasmine? Kok aku cari di sini nggak ada rak bukunya?” tanya saya saat membayar.
“Oh, iya. Bukunya masih di pusat, Mbak.” Begitu lah jawab seorang laki-laki yang menyapa saya tadi sore –dan rupanya adalah barista Jasmine Coffee and Space– dengan samar-samar, saya kurang bisa mendengarnya dengan jelas. Saya masih saja memancing obrolan dengan melemparkan pertanyaan, dari situlah diketahui bahwa Jasmine Coffee and Space ini baru saja relokasi.
Kedai ini mulai buka kembali di tempat yang baru sejak bulan Agustus lalu. Jujur, tempatnya enak kok kalau dipakai untuk mengerjakan tugas, bikin konten, atau membaca buku. Tiap bangku juga dilengkapi dengan stopkontak. Disediakan kamar mandi pula jikalau tiba-tiba kebelet pas ngopi di sini.
Soal harga, sangat masuk akal buat kantong. Sering nongkrong di sini nggak akan bikin cepat miskin. Sayang sekali sih kedai ini bukanya setelah magrib dan lahan parkir untuk roda empat cukup menantang. But so far so good, saya cukup puas dengan suasana dan (sebagian –karena belum coba semua) menu di sini. Kapan-kapan kesini lagi ah bawa laptop dan buku! Sendiri pun tidak akan jadi masalah.