Cerita jalan-jalan akhir pekan ~
Bisa dibilang liburan kali ini dadakan. Banyak pertimbangan sebelum berangkat, mengingat aku dan suami sedang mengelola toko buku dan warung kecil. Rasanya berat kalau harus tutup lama—karena pasti akan dicari pelanggan 😅— kecuali darurat. Akhirnya, kami baru memutuskan untuk ambil jeda sejenak pada H-1 keberangkatan.
Selain ingin rehat dari rutinitas, salah satu tujuan kami ke Yogyakarta adalah berkunjung ke Pasar Wiguna. Acara yang digelar beberapa minggu sekali di Taman Ambarukmo, sehari saja —bisa Sabtu, bisa Minggu. Produk yang dijual dalam Pasar Wiguna beragam, mulai dari kuliner, kerajinan tangan, perlengkapan rumah, hingga pakaian. Kami pas kesana malah ada sesi sharing dengan beberapa narasumber dan tur singkat di area Ambarrukmo.
Untuk akomodasi pergi-pulang dari Blitar, aku dan suami memilih naik kereta api. Berangkatnya dengan KA Kahuripan tujuan Stasiun Lempuyangan, pulangnya dengan KA Gajayana tujuan Stasiun Blitar. Kami berangkat Sabtu sore dan pulang Minggu malam. Untuk info jadwal KA selengkapnya, bisa kalian cek di KaiMobileApp, ya.
Begitu sampai di Yogyakarta, kami menginap di The Cabin Tanjung Hostel. Harganya relatif murah, 140ribuan per kamar dengan fasilitas ranjang susun kapasitas 2 orang tapi kamar mandinya sharing. Gas aja lah, toh kami butuhnya untuk istirahat sebentar. Lain lagi kalau pengin staycation, pilih penginapan tentu yang fasilitasnya lebih lengkap.
Kami memulai petualangan di Yogyakarta dengan sarapan (lagi) di Pasar Wiguna, karena sebelumnya sudah sarapan di penginapan. Hehe. Lumayan dapat sarapan gratis roti panggang, teh, dan kopi.
Ada sekitar 30 tenant di Pasar Wiguna. Aku jajan es teh yang dikreasikan dengan berbagai bahan—yang kadang di luar ekspektasi— atau tea mixology di Kedai Teh Dialog milik Cakra Wirajati. Aku pesan menu “Surprise Me”—es teh yang dicampur dengan tomat, kemangi, dan bumbu dapur seperti garam, lada, kaldu jamur, tobasco, kecap Inggris. Tau gak rasanya kayak apa? Menurutku, malah mirip jamu temulawak. Suami pesan es teh lagi tapi minta rekomendasi menu yang segar dan tidak terlalu manis. Aku sempat incip punya suami, eh, malah mirip minuman rasa-rasa, Ale-Al*. 😅
Nah, untuk makanan beratnya, kami beli roti isi di Fine Eat. Aku pesan Messy Chicken. Menarik, karena mereka menggunakan roti yang lain. Ciri khasnya berwarna coklat terang, tebal, lembut, dan sedikit ada rasa manis. Isiannya ada ayam yang dimarinasi, jamur, selada, tomat, dan bumbu rahasia.
Kebetulan sekali, aku dan suami jarang membuat itinerary saat liburan kayak gini. Ya sesantainya aja. Inginnya kemana, ya, kami diskusikan. Apabila kami sepakat, ya, gas kesana. Jadi kadang terkesan random.
Mumpung lagi di Yogyakarta, kami masih punya keinginan untuk mampir ke Tadasih. Salah satu kedai kopi di Yogyakarta yang fokus menyeduhkan kopi dengan metode filter. Sayangnya, saat itu Tadasih buka hanya sampai jam 1 siang. Akhirnya, aku dan suami bergegas ke kawasan Plengkung Gading, Kraton, dan memilih naik TransJogja.
Kami berangkat jam 11 an dari Pasar Wiguna. Sempat cemas memikirkan apakah bisa sampai di Tadasih sebelum jam 1. Pada akhirnya menenangkan diri sendiri. Toh kalau belum rejeki bisa ubah rencana dengan alternatif lain.
Syukurlah, begitu sampai Tadasih ternyata belum tutup. Kami nyaris jadi pelanggan paling akhir saat itu. Aku memesan kopi filter dingin, kalau suami pesan yang panas. Kopinya sangat bisa dinikmati. Senang rasanya akhirnya keturutan nyobain experience ngopi di Tadasih. Hal berkesan lain, Mas Ferza, pemilik kedai kopinya ramah. Kami sempat berkenalan dengan kucingnya. Namanya Ciput, kucing ras dan berwarna putih —seputih kapas.
Kata Mas Ferza, Ciput adalah kucing yang lumayan penakut dan kurang nyaman dengan kehadiran orang lain. Eh, tapi kok nurut aja digendong suami. 🤣 Aku nyoba elus juga nurut. Kami agak lama main-main dengan Ciput.
Menjelang sore, sering jalan kaki di tengah cuaca yang terik bikin gampang haus dan gak terasa perutku mulai meronta minta diisi. Hehe. Kebetulan, suami ingin ngopi di Hayati Coffee Roaster, Demangan Baru. Mumpung pergi ke daerah sana, aku mengajak suami makan siang Ayam Geprek Bu Made. Lokasinya gak terlalu jauh dari kedai kopi tersebut.
Dulu ketika masih tinggal di Yogyakarta, Ayam Geprek Bu Made jadi salah satu menu makan siang favorit. Pas makan nasi putih hangat lauk ayam geprek, ditemani kuah tongseng, rasanya bikin nostalgia banget.
Setelah makan siang, kami jalan kaki ke Hayati Coffee Roaster. Ngaso lumayan lama, kami pesan coffee latte pakai oat milk, kopi filter, dan chicken karagee.
Setelah memulihkan tenaga, suami ngajak jalan kaki ke Masjid Kampus UGM. Sekalian buat ibadah solat magrib. Ya, meskipun aku dan suami bukan alumni UGM tetapi pas tinggal di Yogyakarta masjid ini jadi salah satu tujuan kalau ingin berburu takjil ramadan. 😁
Sempat bingung mau kemana lagi setelah ini. Ya sudah, kami berunding untuk ke Pasar Kranggan. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Stasiun Yogayakarta, jadi bisa sekalian persiapan pulang. Pasar Kranggan punya semacam pujasera di lantai 2. Kami mampir ke Kedai Terang Bintang. Untuk menunya ada udon, rice bowl, bakpau, dan kopi ala kopitiam.
Aku pesan Udon Xilau —menu andalan mereka nih—, minumnya tehko (es teh yang ditambah nata de coco & selasih). Suami pesan blushing tea atau teh mawar. Aku sangat menikmati udonnya. Tekstur kekenyalan mie sangatlah pas. Tipe kuah udonnya creamy tapi gak ngebosenin. Topping ayam dan jamurnya juga melimpah. Patut dicoba.
Dari Pasar Kranggan, kami jalan kaki menuju Stasiun Yogyakarta. Tapi kaki sudah mulai terasa letih, aku mengajak suami untuk ngaso bentar di angkringan yang juga menggelar tikar. Jujur, aku mulai ngantuk, padahal jadwal keberangkatan KA Gajayana masih beberapa jam lagi.
Intensitas ke Yogyakarta mulai menurun. Aku dan suami sungguh merasakan perubahan di tiap sudutnya. Salah satu yang bikin pangling adalah area Stasiun Yogyakarta sebelah timur yang kondisinya lebih tertata. Baru tau juga ada Shower & Locker—penyewaan kamar mandi dan loker— di timur stasiun.
Saking penasaran, saya sempat membaca singkat ulasan di GoogleMaps . Ternyata untuk sementara sistem pembayarannya baru bisa pakai kartu e-Money. Aku tadinya tergoda bersih-bersih di Shower & Locker sebelum masuk stasiun, tapi aku pikir-pikir kok nanggung, ya, sekalian mandi dan bersih-bersih begitu sampai rumah.
Cerita liburan 1 hari di Yogyakarta kali ini berkesan karena aku dan suami melakukan aktivitas yang agak berbeda. Biasanya, kami road trip dengan mobil tapi kali ini memilih naik angkutan umum. Selama di Yogyakarta, kami lebih sering jalan kaki, baru naik TransJogja. Sekali saja menggunakan Gr*bcar karena jadwal kedatangan TransJogja tujuan Pasar Kranggan masih lama—kurang lebih 40 menit lagi.
Pengalaman menggunakan TransJogja, menurutku cukup nyaman, aman, dan menyenangkan. Segala rute bisa cek via GoogleMaps, selain via aplikasi yang tersedia di Google Play. Pilihan pembayaran pun bisa dengan kartu e-Money maupun Qris.
Menjelang pulang, aku agak kaget setelah tau rekap langkah hari ini, total jalan kaki mencapai 29ribuan setara dengan 20an Km. Gilak sih.
Terima kasih, Yogyakarta. Sampai jumpa di lain kesempatan, ya!
Walaupun udah dibilang rasa tehnya kaya rasa temulawak, tapi ttp gabisa bayangin minum teh yang ada campuran kecap inggrisnya 😔😔😔
Btw pasar wiguna ini menarik bgt sih ya, temen temenku jg banyak yang udah nypbain kesana atau malah buka tenant disana. Kapan kapan pengen nyobain deh
Ramah buat anak, Nad.. tapi perlu siapin budget lebih buat makan atau jajan 😆