Sudah siap membaca cerita kulineran di Ngalam? ????
Saya kedatangan tamu istimewa nih pada Sabtu dan Minggu lalu. Panggil tamu saya ini dengan Adinda. Kami berencana untuk jelajah Surabaya dan Malang. Petualangan kami dimulai pada Sabtu pagi.
Sebenarnya rencana kami tuh mulai bertemu pada Jumat malam di Surabaya. Namun nyaris gagal karena ada kendala teknis wqwq. Untungnya berkat kenekatan Adinda, kami tetap bisa bertemu di Malang pada keesokan harinya.
Pada cerita kali ini, saya hanya ingin menulis poin-poin destinasi dengan penjelasan secara singkat. Ya biar nggak kepanjangan aja. Siapa tau dari cerita ini bisa menginpirasi kamu untuk main ke Jawa Timur juga. ????
Hari Pertama
Depot Hok Lay
Begitu Adinda mendarat di Abdulrachman Saleh, saya langsung mengajaknya brunch di depot Hok Lay. Lokasinya ada di pusat kota, nggak jauh dari Alun-alun dan Pasar Besar Kota Malang. Perlu kamu ketahui bahwa depot ini ada sejak tahun 1946, tua banget kan?
Menunya menarik semua. Adinda memesan sebotol Fosco dan Cwie Mie, sementara saya memesan sebotol Fosco dan Lomie. Nggak lupa, kami juga pesan lumpia semarang. Oh, tambah satu lagi limun rasa lemon lime. ????
Dari semua menu, favorit Adinda itu ya Fosco, Cwie Mie, dan Lomienya. Kalau favorit saya tentu Cwie Mie dan Lomienya. Fosco itu dari susu full cream rasa coklat bikinan rumahan. Rasanya manis gurih gimana gitu. Enak kok, sayanya aja yang nggak terlalu bisa minum susu sapi.
Toko Madjoe
Nggak jauh dari depot Hok Lay, ada toko kue lawas gitu. Penjualnya seorang nenek yang masih aktif bikin kuenya sendiri. Lokasinya ada di seberang Pasar Besar.
“Mau pilih yang mana? Atau mau yang ini aja? Baru matang nih masih anget.” kata Nenek pemilik Toko Madjoe.
Nenek itu menunjuk kue coklat kenari yang ada di hadapannya. Aromanya menguar kemana-mana. Kamu bisa ngebayangin kan aroma kue yang baru keluar dari oven?
Saya beli kue coklat kenari, sementara Adinda pesan kue berbentuk bebek. Masing-masing satu ons seharga Rp 15ribu. Adinda lebih suka rasa dari kue bebek, kalau saya sih dua-duanya. Hahaha.
Kue coklat kenari tuh rasanya nggak terlalu manis, kenarinya nggak pelit, dan teksturnya renyah banget. Nah, kalau kue bebek itu rasanya rumahan gitu lho. Gimana ya, mirip cookies merk Monde itu dengan cita rasa yang seimbang antara susu dan menteganya.
Museum Brawijaya
Killing time sih ini judulnya saking nggak tau harus kemana sambil menunggu check in di penginapan. Sebelum check in, saya ajak Dinda jalan-jalan ke museum. Tiketnya Rp 5ribu per orang.
Isinya ya biasa aja bahkan menurut saya kurang terawat. Koleksinya dibiarkan begitu saja dan nggak terlalu banyak. Penjelasannya kurang menarik. Tapi nggak apa-apa, setidaknya saya jadi tau sejarah militer Kota Malang. Kalau bosan keliling, bisa kasih makan ikan di area gerbang masuk.
Toko Oen
Sempat ketiduran beberapa saat di penginapan lalu mandi-mandi biar lebih fresh. Setelah itu Dinda dan saya langsung meluncur ke Toko Oen, salah satu rumah makan lawas peninggalan Belanda yang jual es krim dan beberapa menu wong Londo.
Tutti Frutti adalah menu favorit saya ketika singgah di kedai es krim lama. Untuk urusan es krim sih saya nggak ingin neko-neko soalnya khawatir nggak bisa makan saking manisnya. Nah, kalau pesanan Dinda apa ya namanya. Pokoknya ada stroberi, vanilla (?), lalu ditaburi meses. Saya benar-benar lupa namanya. Wqwq.
Dinda juga memesan kroket kentang dan rasanya nggak mengecewakan. Kelihatan banget Dinda menikmati tiap suapnya. Pinggirnya garing, dalemnya tuh lembut dan ada cita rasa susu yang munculin perasaan nyaman begitu nempel lidah. Wqwq complicated banget ya. Pokoknya, senyaman kayak pas ngemut susu bubuk rasa vanilla. Gurih gimana gitu.
Mirip sama mashed potato tapi ada banyak campurannya. Isian kroket itu ada kentang yang dicampur dengan bumbu, sayur, susu, dan ayam kalau enggak salah. Favorit!
Alun-alun Kota Batu
Kami menghabiskan Sabtu malam di kota sebelah. Untungnya jaraknya nggak terlalu jauh, cuma situasi jalannya rada macet. Alun-alun Kota Batu penuh banget pas akhir pekan.
Kami jajan ketan bubuk di Pos Ketan Legenda dan Koperasi Susu Ganesha (Nandhi Murni). Saya pesan susu jahe madu, Dinda beli yogurt rasa leci. Lokasi kedua tempat berseberangan, selain itu di sekitarnya banyak banget penjual makanan.
Dinda sempat tertarik buat nyobain sate gurita yang warnanya merah merekah. Eh, pas dicobain ternyata alotnya naudzubillah. Hahaha. Gigi depan saya berasa goyang gigit gurita yang nggak putus-putus itu. Kami juga jajan sempol dan cilok goreng telur.
Loe Min Toe
Mau balik ke penginapan tapi enggan dengan macetnya jalanan pas malam Minggu. Jadi saya ngajak Dinda untuk menepi ke Loe Min Toe yang ternyata ramai banget oleh pemuda-pemudi lokal. Mau nggak mau, kami duduk di meja yang masih kosong yang tersisa.
Makin malam suasana ternyata tetap ramai. Kami berpindah duduk di tepian jendela dengan angin malam yang sepoi-sepoi. Berhubung kedainya ada di tepian sungai jadi gemuruh airnya terdengar jelas. Bikin saya nyaman dan semakin mengantuk, apalagi setelah minum susu jahe madu panas. Rasanya kayak dinina boboin.
Hari Kedua
Rawon Nguling
Belum sah ke Malang kalau belum incip rawon dan bakso asli sana. Usai Dinda mengikuti ibadah hari Minggu di gereja dekat Alun-alun Kota Malang, kami sarapan rawon. Sebenarnya ada banyak rawon enak di Malang, namun saya memilih untuk makan di depot Rawon Nguling.
Dagingnya lembut banget, nggak ngoyo pas ngunyah kayak sate gurita di Alun-alun Kota Batu. HAHAHA. Sumpah ya, itu nggak bakal terlupa. Makan rawon tuh paling enak dengan kerupuk udang, toge, sambal terasi, dan telur asin. Mantap jiwa!
Tapi buat Dinda ada satu lagi yang nggak boleh ketinggalan yaitu kecap manis. Sumpah, saya masih speechless melihat langsung Dinda makan rawon pakai kecap.
Bakso Bakar Trowulan
Sebelum kami balik ke Surabaya, ada satu kuliner yang wajib dicoba pas ke Malang yaitu bakso. Di Malang tuh bakso enak nggak cuma satu. Saya sadar diri kalau nggak bisa ngisi perut dengan semua bakso enak di Malang, jadi saya memilih bakso bakar Trowulan.
Lokasinya rada di pinggiran kota, masuk-masuk gang gitu. Tapi pelanggannya lumayan ramai. Begitu masuk warung, tinggal pesan aja mau bakso bakar pedas atau sedang atau nggak pedas. Saya dan Dinda pesan dua porsi bakso bakar pedas dan nggak pedas.
Fyi, di sana pelanggan meracik sendiri baksonya. Bisa masukin bihun, bakso halus, tahu bakso, dan sayur. Favorit saya di sana tetep bakso bakarnya dengan bumbu pedas. Bumbunya enak, campuran kecap saos sambal yang pas dan pedas bangeet. Saking pedasnya sampai ingus dan keringat deleweran.
Sebagian besar destinasi di atas adalah pengalaman kali pertama saya. Apalagi buat Dinda, pertama kali semua. Sengaja sih, biar kami sama-sama mencoba hal-hal baru di Malang.
Nah, siapa tau tempat kuliner di atas bisa jadi referensi kamu saat berlibur singkat di Malang. Untuk lokasinya tersedia semua di Gmaps, cukup ketik aja nama destinasinya.
Sayang sekali, selama 2 hari itu saya minim mengeluarkan kamera jadi sebagian fotonya saya ambil dari google ya. Nggak apa-apa kan? Saya nggak punya rasa sesal atau kecewa sama sekali untuk semua makanan yang saya cobain . Semoga kamu juga nggak menyesal ya baca ini! wqwq