Bonus keramahan dari baristanya
Kebiasaan saya yang suka noleh kanan-kiri ketika menyetir di jalan ternyata menghasilkan. Iya, menghasilkan rasa penasaran. Jadi begini, ceritanya saya sedang dalam perjalanan menuju Kota Blitar dari arah Garum, lebih tepatnya sebelum melewati gapura-selamat-datang, di kanan jalan terdapat kedai mungil dengan desain interior yang sangat menarik.
“Kapan-kapan saya harus mampir kesini.” batin saya. Sayangnya tiap kali lewat kok selalu tutup ya? Waduh, gimana nih. Niat buka nggak sih? Akhirnya, saya pun terpaksa mengubur keinginan itu.
Hingga suatu sore pada ramadan lalu, saya mendapati lampu kedai menyala dan bangku kayu tertata rapi saat melintas depan kedai yang beralamat di Jl. Raya Sawahan No.49a, Sawahan, Pojok, Kec. Garum Kab. Blitar.
Saya spontan parkir mobil persis di depan kedai. Pintunya terbuka dan dengan percaya diri saya masuk menuju meja bar. Namun saya tak menemukan barista.
Saya pun keluar kedai, melihat sekitar dan menemukan papan kayu kecil bertuliskan closed menggantung di balik jendela kaca. “Oh, shit!” Pekik saya.
Seorang laki-laki, mungkin pemilik kedai sekaligus baristanya, melihat saya dan menghampiri. “Mas, buka jam berapa?” tanya saya.
“Buka habis magrib, Mbak. Gimana?”
“Yaah.. kalau saya nunggu di sini boleh?”
“Boleh, tapi pesannya nanti setelah magrib ya?”
“Siap!”
Saya pun memilih duduk di ruang sebelah, tepat di depan jendela kaca yang langsung menghadap ke Jalan Raya Garum Sawahan. Buku bacaan pun saya keluarkan, sesekali mencuri pandang pada desain interior kedai. Kedainya nggak luas-luas amat, begitu masuk akan disambut meja bar. Sebelah kanan ada sofa empuk dan nyaman, serasa sedang santai di ruang tamu rumah nenek.
Di sebelah sofa, terdapat dua kursi yang dibuat dari jok mobil bekas. Lucu ya. Sebelah kiri, ada deretan meja dan kursi dari kayu peti kemas. Kedai ini menempati rumah lawas, jadi atmosfer vintage terasa lebih kuat. Selain itu yang bikin saya terbelalak adalah daftar menu yang harganya sangat amat terjangkau untuk saya.
Paling mahal adalah Es Kopi Susu Yan yang harganya 11ribu IDR. Saya kesini sudah ketiga kalinya, tapi yang paling berkesan adalah pengalaman pas pertama kali kesini. Gimana nggak berkesan, Mas Barista –yang saya nggak tau namanya itu– tiba-tiba mengagetkan saya dengan memberi segelas jus jeruk. Aww, untung saya nggak baper. Tapi baper banget sebagai customer.
Mungkin masih dalam suasana ramadan, jadi mas Barista kasih saya segelas jus jeruk untuk buka puasa kalik padahal saya lagi libur puasa. wqwq. Ya udah lah namanya ini rejeki, nggak boleh saya tolak. Jangan sering-sering kek gini ya, Mas. Nanti saya ketagihan kesini lho. 😀
Kedai Kopi Yan ini buka mulai pukul 18.00 sampai 23.00 WIB, setiap hari (hingga sekarang saya belum tahu hari libur kedai tiap hari apa, belum sempat tanya Mas Barista). Sempat beberapa kali lewat, situasi kedai lumayan ramai. Tentu, saya paling suka mampir kalau kedai sedang sepi. Saya kan introver, nggak suka ramai. Ehe.
Kopi Yan memang banyak kejutan. Saya memesan Es Kopi Susu Yan. Nah, yang bikin saya terkejut adalah disajikan dengan sedotan stainless steel yang kekinian. Terima kasih ya, ngopi di sini bikin saya punya pengalaman nyeruput pakai sedotan zero-waste itu. Jujur ini pengalaman pertama saya pakai sedotan hype ini.
Es Kopi Susu Yan pakai gula aren. Rasa es kopi susunya pas lah. Nggak terlalu manis, rasa kopinya nggak terlalu kuat. Nyaman di lidah dan perut saya. Ohya, saya juga pesan mendoan. Kedai ini bikin saya nostalgia ketika masih tinggal di Yogyakarta. Kudapan andalan adalah mendoan. Sebenarnya mendoan bukan makanan khas Yogyakarta namun dari Karesidenan Banyumas di Jawa Tengah sana.
Mendoan yang asli, tempenya tipis dan lebar. Dicelupkan adonan tepung bumbu lalu digoreng setengah matang. Disajikan dengan sambal kecap. Wenak! Namun mendoan yang ada di Yogyakarta, baik di angkringan maupun kedai kopi atau tempat nongkrong lain, umumnya berukuran lebih kecil. Ya kayak yang disajikan oleh kedai Kopi Yan ini.
Kunjungan saya kedua, saya tetap setia memesan Es Kopi Susu Yan. Baru deh kunjungan ketiga saya mencoba coklat panasnya. Ternyata Es Kopi Susu Yan belum berhasil tergeser. Tetap jadi peringkat pertama menu favorit saya di sini. 🙂
Di sini memang tempat transit paling nyaman di sepanjang Jalan Raya Garum hingga Gedog. Mungil sih, tapi enak buat santai, ngerjain sesuatu, membaca buku, ngobrol bersama teman. Kopi Yan menyediakan stop kontak di tiap sudut, jadi nggak usah khawatir kalau ingin charging gadget atau laptop. Jaringan hotspot gratis juga tersedia.
Saya belum kapok untuk mampir kesini. Sekadar transit untuk ngaso sambil minum kopi dan baca buku. Sendirian kesini pun saya jabanin deh.
ajakin aku ke sini po mbak
Sudah sering lewat sini tapi belum sempet mampir. Kok ternyata bagus wqwqwq. Bhaiq, akan segera agendakan~
Iya, emang nyaman dan harganya terjangkau. Kedai terdekat dengan rumahku ????