Oh, jelas ini versi saya!
Kenapa saya memilih Yogyakarta bukan Blitar? Karena saya sudah melewatkan 3 atau 4 kali Ramadan terakhir di sana. Di sini –di Blitar– baru melewatkan ramadan beberapa hari dan jujur belum menemukan tempat paling nyaman selain di rumah.
Saya bukan tipe anak yang suka main kesana kemari berburu takjil. Biasanya kalau sudah menemukan tempat yang nyaman akan kembali di situ dan ujung-ujungnya di situ lagi. Seingat saya selama di Yogyakarta paling sering banget buka puasa di kos. Namun saya tetap punya tempat sembunyi lain untuk buka puasa kok. 🙂
Balkon kamar kos
Oh jelas, ini tempat yang akan saya sebut pertama kali. Meskipun lahan kos menjadi satu dengan pemiliknya, namun itu tidak berpengaruh terhadap kenyamanan saya selama tinggal di kos. Untungnya saya punya Ibu Kos yang baik hati tiada dua. Orangnya baik selama anak-anak kos teratur dan disiplin bayar uang kos. Hahaha.
Kamar saya ada di lantai 2 –lantai teratas– dan asyiknya tiap kamar ada balkon yang cukup untuk lesehan sambil menatap bintang di langit. Nah, di situ adalah tempat sembunyi saya ketika pulang kerja atau pas mager kemana-mana. Saya nyaman duduk berlama-lama di sana, kadang sampai hampir masuk angin saking lamanya nongkrong bengong.
Meskipun menu yang saya santap seadanya tapi itu tidak mengurangi rasa syukur pas buka puasa di balkon kamar.
Kedai Organik Kolondjono
Bila ingin hidup lebih sehat, saya akan melipir ke kedai favorit yang lokasinya dekat dengan kos. Saya suka dengan kedai ini sejak kunjungan pertama. Ya meskipun harganya rada mahal karena semua bahan dilabeli organik dan pasti belinya bukan di tempat yang sembarangan. Tapi itu nggak mengurangi kenyamanan saya untuk berlama-lama di kedai ini.
Selama puasa, kedai ini buka mulai sore hari kalau nggak salah. Jadi saya kesini seusai salat magrib. Menu yang saya pesan selalu berganti tiap kesini, penasaran ingin coba menu-menunya. Favorit saya, nasi dori katsu sambal matah, spagetti dengan saos yang ada campuran jamur (lupa namanya.. ehe), mixed chrispy (campuran dari tahu, tempe, dan jamur chrispy).
Kedainya nggak ramai, jadi bisa recharge my energy ketika ada di sini. Tidak lupa dengan membawa buku bacaan, kalaupun lupa bawa di sana juga disediakan buku-buku koleksi yang bisa dibaca di tempat. 🙂
Ngeteh di Taman Kuliner Condong Catur
Kos saya dekat dengan Taman Kuliner Condong Catur, di sana ada kedai Lokaltea yang menyediakan aneka teh lokal dari berbagai daerah. Saya suka banget kesini karena harganya sangat terjangkau. Bayangin aja, kamu bawa uang 10ribu aja sudah bisa dapat 2 cangkir teh. Belum tentu mendapatkan hal yang sama kalau kamu nongkrong di kafe atau kedai lain. Ya nggak, Lur? ehe.
Untuk soal makan, biasanya saya pesan mie ayam yang warungnya di balik kedai Lokaltea. Topping-nya macam-macam, mulai dari ceker, baso, pangsit goreng pun ada. Saya sering pesan mie ayam dengan tambahan ceker dan pangsit goreng. Ah, jadi ingat dulu saya sering kesini dengan mantan yang terakhir. Dia sering menemani saya untuk makan di sini.
Ramadan terakhir, saya jarang kesini kecuali lagi kangen nyeduh teh. Kalau sering-sering nanti bisa merana dikepung kenangan masa lalu. Hahaha.
Angkringan
Yogyakarta adalah kota seribu angkringan. Di manapun berada akan menemukan angkringan dengan mudahnya. Angkringan yang sering saya kunjungi selama tinggal di Yogyakarta adalah angkringan Mbak Gigi yang lokasinya tidak jauh dari kantor lama saya. Kedua, angkringan di dekat kolam renang UNY. Ketiga, angkringan dekat kos.
Ramadan terakhir saya paling sering singgah ke angkringan yang lokasinya dekat dengan kos. Saya biasanya beli susu jahe dan sate-sate an. Nah, kebetulan banget di samping angkringan ada kaki lima Bakmi Jawa gitu deh. Jadi biasanya saya pesan bakmi godhog atau nasi goreng dan makan di tempat.
Sedangkan minum dan lauk, saya pesan dari angkringan sebelah. Sederhana tapi nggak kalah romantis sih kalau untuk buka puasa, gimana nggak romantis kalau pas makan beratap langit malam dengan kerlip bintang yang bertebaran kayak ketombe? ehe.
Sementara itu aja tempat-tempat sembunyi favorit untuk buka puasa di Yogyakarta. Sebenarnya ini adalah rahasia saya, ya iya dong! Saya nggak mau tempat persembunyian paling nyaman diketahui orang lain. Tapi karena saya sedang berbaik hati, ya sudah deh nggak apa-apa kalau akhirnya kamu tahu. 🙂
Awas kejebak kenangan ????
Hadeeeh –“
Angkringan selalu jadi favorit ya mbak kalau di Jogja. Padahal di kota lain juga ada, tapi berasa beda kalau di Jogja. ????
Oiya, Salam kenal mbak ????
Betul banget! Hemat tau makan di angkringan selama nggak khilaf nyomot ini itu hehehe. Tehnya sih yang bikin saya kangen. Salam kenal juga mbak Ria 🙂
Iya mbak betul. Penghematan 😀